Sentimen Bayangi Pasar Saham, Berikut Rekomendasi Para Analis
Pasar global langsung dihadapkan dengan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei 2023 terkait keputusan suku bunga The Fed.
Editor: Hendra Gunawan
Sedangkan pada tahun 2018, IHSG terkoreksi 3,14%. Tahun 2019 IHSG ambles 3,81%, 2021 turun 0,80% dan pada tahun 2022 terjadi pelemahan 1,11%.
"Untuk Mei 2023 ini, pergerakan IHSG berpeluang positif dengan mempertimbangkan sejumlah faktor dan katalis pendorongnya," ungkap Chisty.
Dia memprediksi IHSG masih berpotensi menguat terbatas dalam rentang 6.735 – 6.995. Praska sepakat, sentimen Sell In May and Go Away, akan relatif minim pada tahun ini. Terdorong oleh katalis eksternal dan domestik.
Mulai dari kenaikan suku bunga The Fed yang berpotensi tidak seagresif perkiraan awal, penguatan rupiah terhadap dolar AS, ekspektasi suku bunga acuan BI masih tetap stabil, hingga peningkatan arus dana investasi asing ke pasar modal domestik.
"Hal ini turut menjaga IHSG tetap berada dalam tren bullish untuk jangka pendek hingga menengah," kata Praska.
Sedangkan Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, melihat adanya potensi koreksi minor IHSG pada bulan Mei. Setelah itu, pasar berpeluang melanjutkan penguatan sampai akhir tahun 2023.
Dalam skenario positif, peluang IHSG kembali menembus level 7.000 masih terbuka di bulan ini. Perhitungan Daniel, support kuat IHSG ada di sekitar area 6.742 dan resistance kuat ada di sekitar 7.064.
Daniel menjagokan sejumlah sektor dan saham yang layak beli di bulan Mei. Pelaku pasar bisa mencermati emiten komoditas minyak dengan saham PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Kemudian di sektor consumer ada saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Lalu buy on weakness sektor konstruksi pada saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Daniel menyarankan untuk take profit terlebih dulu terhadap saham big caps perbankan yang sudah naik cukup tinggi seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Praska turut melihat saham BUMN karya bisa menjadi alternatif. Selain WIKA dan PTPP, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga layak dicermati. Selain itu, Praska merekomendasikan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Sementara itu, Chisty menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Kemudian buy on weakness saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).