Sentimen Bayangi Pasar Saham, Berikut Rekomendasi Para Analis
Pasar global langsung dihadapkan dengan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei 2023 terkait keputusan suku bunga The Fed.
Editor: Hendra Gunawan
"Sementara dari dalam negeri diperkirakan masih dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah dan inflow asing," kata Herditya kepada Kontan.co.id, Senin (1/5).
Sementara, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, ada sejumlah katalis penggerak IHSG. Dari eksternal, ada rilis data ekonomi AS, khususnya data indeks manufaktur dan jasa serta data tenaga kerja yang mencakup data ADP employment change, non farm payrolls, dan tingkat pengangguran yang diperkirakan naik ke 3,6%.
Selain itu, pasar juga menantikan keputusan bank sentral AS terkait suku bunga acuan The Fed yang diproyeksi hanya naik 25 bps ke 5,25% sejalan dengan penurunan laju inflasi serta data PDB AS kuartal pertama 2023 kemarin yang lebih rendah daripada ekspektasi.
Baca juga: Laju IHSG Menghijau Selama Dua Hari, Bagaimana Hari Ini? Ini Prediksi Analis dan Pilihan Sahamnya
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani, menyoroti katalis penting penggerak IHSG berasal dari optimisme pasar terhadap rilis laporan keuangan emiten pada kuartal pertama 2023. Sejauh ini, kinerja emiten relatif positif bahkan di atas ekspektasi.
Momentum ini masih berimpitan dengan masa pembagian dividen dengan rasio dividend yield yang terbilang jumbo. Selain itu, kondisi makro ekonomi Indonesia juga turut menopang pergerakan pasar.
Mulai dari indeks PMI manufaktur yang masih dalam tren ekspansif, Indeks Keyakinan Konsumen pada level optimis, hingga posisi cadangan devisa yang masih kuat. Laju inflasi pun terjaga atau masih dalam rentang target Bank Indonesia (BI), sehingga mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI7DRR) pada level 5,75%.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menambahkan, tren penguatan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut menjadi katalis positif di pasar saham.
Hanya saja, Praska punya catatan bahwa penguatan IHSG usai libur Lebaran di akhir April akan berlangsung sesaat.
Baca juga: IHSG Berakhir di Zona Merah pada Sesi Pertama Hari Ini, Bank Mandiri Pimpin Top Losers
Sebab, pelaku pasar masih cenderung wait and see menanti rilis sejumlah data ekonomi. Terutama yang datang dari Negeri Paman Sam, termasuk keputusan suku bunga The Fed. Antisipasi pelaku pasar terhadap hal tersebut akan berdampak pada pergerakan IHSG di awal Mei.
"Namun dengan hasil positif kinerja kuartal I-2023 sejumlah emiten, seperti sektor perbankan, cukup memberikan sentimen optimis terhadap tren IHSG untuk tidak mengalami koreksi signifikan," kata Praska kepada Kontan.co.id, Senin (1/5).
Apalagi, pasar melihat peluang kenaikan suku bunga acuan AS Mei ini akan lebih rendah dari perkiraan awal atau hanya sebesar 25 basis points (bps). Chisty punya pandangan serupa, jika kenaikan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi 25 bps, maka dampaknya tidak terlalu signifikan menekan pasar saham.
"Jika The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan atau cenderung lebih dovish, tentu dapat menjadi katalis yang cukup positif," imbuh Chisty.
Sell In May and Go Away?
Di sisi yang lain, sentimen "Sell in May and Go Away" cenderung membayangi pasar saham. Secara historis dalam lima tahun terakhir, hanya pada Mei 2020 IHSG bergerak positif dengan penguatan 0,79%.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.