Dalih Tekan Biaya Produksi, IBM Ganti 7.800 Karyawan Dengan Teknologi AI
IBM tengah menggagas rencana untuk menghentikan rekrutmen pada 7.800 pekerja di divisi back office selama tahun 2023.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM - International Business Machines Corp atau yang kerap disapa IBM tengah menggagas rencana untuk menghentikan rekrutmen pada 7.800 pekerja di divisi back office selama tahun 2023.
Rencana ini disampaikan langsung oleh CEO IBM Arvind Krishna, dalam laporannya Krishna mengatakan perusahaan akan menunda rekrutmen untuk divisi back office yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, seperti bagian sumber daya manusia (SDM).
Sebagai gantinya IBM dalam waktu dekat akan merekrut ribuan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), agar peran tim divisi back office tidak mengalami kekosongan.
Baca juga: Daftar Perusahaan Media di AS yang PHK Karyawan Periode Januari-April 2023, Terbaru Vice Media
"Saya dapat dengan mudah memperkirakan 30 persen dari jumlah itu bisa digantikan oleh AI dan otomatisasi selama periode 5 tahun," kata Krishna.
IBM tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Bloomberg, namun otomatisasi teknologi AI ini dilakukan IBM dengan dalih untuk memangkas biaya di tengah produksi ditengah pertumbuhan bisnis pasar global yang melambat.
Diperkirakan ekspansi teknologi AI akan rampung dalam waktu lima tahun mendatang. Kendati demikian Krishna mengungkap bahwa perusahaannya masih akan tetap mempekerjakan 30 persen tenaga manusia.
Untuk mengevaluasi kinerja karyawan serta melakukan sejumlah pekerja lainnya yang tidak bisa digantikan dengan kecerdasan teknologi AI.
“Saya dapat dengan mudah memperkirakan 30 persen karyawan tidak bisa digantikan oleh AI," kata Krishna.
Perubahan karyawan ini dilakukan IBM, bersamaan dengan melejitnya layanan chatbot viral OpenAI yang dibangun Microsoft Corp dan ChatGPT.
Kendati kecanggihan teknologi AI memiliki sejumlah kelebihan, namun imbas kehadiran teknologi buatan tersebut belakangan telah memicu ancaman serius bagi para karyawan terkait adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Baca juga: Perusahaan Akuntan Deloitte PHK 1.200 Karyawan
Prediksi ini diungkap oleh lembaga survey MLIV Pulse, dari laporannya tercatat sebanyak dua pertiga dari 292 karyawan mulai khawatir apabila pekerjaannya berisiko tergantikan oleh kecerdasan buatan.
“Ada perang AI yang sangat menarik yang muncul di antara perusahaan teknologi,” kata Profesor Ilmu Komputer Universitas Southampton Wendy Hall kepada Bloomberg TV.
Hal senada juga dilontarkan World Economy Forum (WEF), berdasarkan hasil survei ke lebih dari 800 perusahaan mulai beralih ke teknologi AI.
WEF menyebut setidaknya jumlah lapangan kerja di tahun 2027 akan berkurang 14 juta, dari sebelumnya 83 juta posisi menjadi 69 juta posisi, imbas adopsi teknologi AI.
Baca juga: PHK Putaran Kedua di Walt Disney Sasar 7.000-an Karyawan
Tercatat selama 2023 ini, sudah ada beberapa perusahaan global yang menggantikan peran karyawan pada teknologi AI.
Diantaranya kantor berita teknologi asal Amerika CNET yang dilaporkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap selusin karyawan atau sekitar 10 persen dari total staff pada awal Maret 2023.
Langkah serupa juga diambil perusahaan penyimpanan cloud Dropbox Inc yang baru – baru ini mengumumkan langkah pemangkasan hubungan kerja (PHK) dengan mengurangi pekerja globalnya sebesar 16 persen atau sekitar 500 staff pada Kamis (27/4/2023).