ATGMI Optimistis Industri Percetakan Kertas Sanggup Bertahan di Tengah Gempuran Digital
ATGMI optimistis industri percetakan kertas mampu bertahan meski industri digital printing terus berkembang
Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) optimistis industri percetakan kertas atau biasa dikenal dengan percepatan offset mampu bertahan meski industri digital printing terus berkembang.
Ketua Bidang Teknik ATGMI Clay Wala, mengatakan saat ini memang industri digital printing tengah tumbuh signifikan.
"Kalau kita mau melihat data pertumbuhan sekarang, di satu pihak percetakan offset itu banyak berkurang, tetapi cetak digital ini naiknya luar biasa. Pergeserannya ke digital printing itu sangat luar biasa," ungkap Clay saat di pameran Global Printing and Packaging Expo (GPPE) Jakarta 2023 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Akan tetapi, Clay melihat sektor percetakan offset tidak akan serta merta lesu atau bahkan tergeser.
"Kalau semuanya mau di digitalisasi saya rasa itu tidak mungkin. Sebab kita survei ke banyak orang, mereka masih suka membaca melalui hard copy (buku) ketimbang digital. Kalau melihat dari data itu saja, kota yakin bahwa percetakan tidak akan hilang, tetap ada apalagi dengan adanya sektor industri kemasan," jelasnya.
Ketua Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia Herman Pratomo, menambahkan baik sektor digital maupun offset tidak akan bisa terpisah satu sama lain, terlebih jika dilihat dari kebutuhan konsumen.
"Kalau digital printing itu ada batasan oplah. Kalau oplahnya lebih besar biaya produksinya lebih tinggi. Kalau oplahnya pendek maka solusinya adalah menggunakan digital printing. Karena kalau digital printing itu kan jalannya satu lembar per-satu lembar, tidak seperti offset yang jalannya terus-menerus seperti mencetak koran," ungkap Herman.
Baca juga: Indonesia Bidik Posisi Utama Sebagai Pemain Industri Halal
Lalu tinta juga menjadi pembeda kedua, dimana tinta digital printing masih lebih mahal daripada tinta offset.
"Jadi artinya kalau kita cetak satu atau dua lembar kalau ke offset dia kan harus cetak plat dulu, itu akan lebih mahal, tetapi ketika cetaknya melalui digital printing atau printer itu lebih murah karena bisa satu persatu," ucap Herman.
Clay menekankan, percetakan offset akhirnya tidak akan mati sebab banyak sektor yang masih membutuhkan jenis percetakan ini.
Baca juga: Bappebti Soroti Kejahatan Investasi Ilegal di Industri PBK, Minta Masyarakat Pahami Modusnya
"Jadi akhirnya offset itu tidak akan mati, karena untuk kebutuhan tertentu atau segmentasinya jelas. Misalnya sekarang buku-buku untuk kepentingan di daerah atau sekolah. Di daerah itu masih banyak orang yang tidak memiliki alat-alat untuk membaca secara digital atau sambungan internetnya tidak bagus, mereka masih memerlukan buku-buku hard copy pemerintah harus memfasilitasi ini," ujarnya.