Ide Usaha Mengolah Sampah Jadi Rupiah
Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, sampah bisa diubah menjadi produk lain yang bernilai tambah.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Sampah rumah tangga nyatanya bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Selain membantu mengurangi pencemaran lingkungan, sampah bisa diubah menjadi produk lain yang bernilai tambah.
Seperti yang dilakukan warga desa Setiadarma, Tambun Selatan, Ir Lusi Driyanti Budi.
Melalui sabun Sebuka atau Selamatkan Bumi Kita, ia mengajak warga sekitar untuk mengolah sampah rumah tangga.
Baca juga: Kuartal I 2023, Komunal Catat Transaksi Deposito dan Pinjaman UMKM Rp1,75 Triliun
"Karena melihat di daerah sekitar ini. Masalah terbesar itu di sampah rumah tangga. Lalu bagaimana caranya mengolah sampah rumah tangga agar menjadi sesuatu yang bernilai jual," ucar Lusi yang ditemui Tribunnews.com dikediamannya, Senin (08/05/2023).
Berikut ide usaha dari sampah rumah tangga yang bisa menjadi referensi:
1. Minyak Jelantah
Lusi menjelaskan, minyak jelantah merupakan sampah yang sangat mudah didapatkan di rumah.
Minyak bekas menggoreng ikan, ayam, tempe maupuh tahu bisa diolah menjadi sabun pembersih rumah tangga.
"Sabun ini untuk noda-noda berat itu bagus, bisa hilang," ujar dia.
Alat dan bahannya sangat mudah didapatkan, yaitu minyak jelantah, air, pewangi laudry atau eco enzyme (larutan multifungsi), dan zat kimia NaOH.
"1 liter minyak jelantah bisa menjadi sabun 12 sampai 14 buah dengan harga satuan sabun 5 ribu," tutur binaan BRI ini.
Adapun minyak jelantah yang bisa digunakan adalah minyak yang telah diendapkan selama 2-3 bulan.
Sabun yang sudah terbentuk kemudian bisa dikemas cantik agar menarik.
Baca juga: Bos Sarinah Dorong Produk UMKM Lebih Dikenal Pasar Internasional Pasca KTT ASEAN
2. Sak Semen
Melalui teknik eco print, sak semen atau kantong pembungkus semen yang biasa terbuang dan tak terpakai dapat dijadikan souvenir.
Sak semen dapat disulap menjadi tas tote bag, kipas, maupun payung.
Untuk pewarnaannya, bisa memanfaatkan limbah kulit buah yang sudah dijadikan larutan eco enzyme.
Sentuhan warna alami akan membuat kesan etnik sehingga tampilan kian menarik.
Kipas tangan berbahan sak semen dengan pewarnaan alami ini jauh lebih awet dan tidak akan berjamur jika dibanding kipas tangan lainnya.
Harga kerajinan ini mulai dari 5 ribu - 35 ribu.
3. Kulit Buah
Jangan buah kulit buah di rumah.
Sampah ini bisa diolah menjadi eco enzim.
Eco enzim atau larutan multifungsi bisa dijadikan pewarna alami pada kertas dan kain berbahan alami juga.
Selain itu, bisa digunakan sebagai pupuk organik, pestisida alami maupun pembersih lantai.
"Ekoenzim merupakan proses fermentasi dari sampah kulit buah yang diendapkan selama 3 bulan dalam tempat tertutup," ujar juara perempuan insipratif Kabupaten Bekasi 2020 ini.
Tak memerlukan banyak bahan dan alat.
Caranya satu liter air diberi sampah kulit buah sebanyak 300 gram.
Lalu beri gula merah 100 gram.
Diaduk dan biarkan selama 3 bulan dalam keadaan tertutup.
Setelah itu, larutan eco enzyme bisa digunakan.
"Semua kulit buah bisa kecuali buah nangka, alpukat sama salak karena salah kan itu buah kering,"
"Jadi kayak semangka atau melon buah yang banyak air. Apel, timun, wortel juga bisa. Kalau rambutan boleh tapi nanti sabunnya ada getahnya," sambung dia.
Larutan eco enzyme juga dapat ditambahkan pada sabun cuci piring.
Gunanya untuk membersihkan lemak, noda maupun bekas yang susah hilang.
"Karena ekoenzim itu PH-nya di bawah 4. Jadi produksi Sebuka itu selain minyak jelantah kemudian produk ekoenzim. Karena ekoenzim tidak bisa dijual, sehingga turunannya dibikin sabun," ujar Lusi.
Selain itu, eco enzyme yang berasal dari buah lerak dapat digunakan untuk mencuci kain halus seperti sutera dan batik tulis.
Lusi kini mulai menerima pesanan sabun dan kipas tangan untuk souvenir.
"Saya lebih banyak ke souvenir. Minta kipas buat souvenir," ujarnya.
Indonesia Bersih Sampah Tahun 2025
Dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari lalu, pemerintah mengangkat tema peringatan “Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat”.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati menyatakan pemerintah berupaya mentuntaskan persoalan sampah sesuai target pada tahun 2025, melalui Kebijakan Strategis Nasional Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017, yaitu penanganan sampah 70 persen, pengurangan sampah 30 persen.
“Tahun 2023 ini, menjelang 2025 kita harapkan sudah siap untuk menuntaskan persoalan sampah dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, dengan potensi nilai ekonomi yang dimiliki oleh sampah,” ungkap Vivien
Pengelolaan sampah yang masih jadi pekerjaan rumah di Indonesia ini juga
menginisiasi program pengelolaan sampah terintegrasi melalui gerakan anti sampah "Yok Kita Gas" yang dilakukan oleh BRI pada Februari 2023 lalu.
Program tanggungjawab sosial ini berupa penyediaan tempat sampah terpilah, mesin daur ulang sampah, serta kegiatan pelatihan pengelolaan sampah di beberapa pasar di Indonesia seperti di wilayah Semarang, Malang, Bandung, Surabaya dan Denpasar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.