Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengenal Fenomena Brain Rot, Pembusukan Otak Akibat Konsumsi Konten Kualitas Rendah

Orang yang mengalami brain rot umumnya kehilangan daya berpikir kritis. Kondisi tersebut meningkatkan risiko stres dan kelelahan secara mental.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Mengenal Fenomena Brain Rot, Pembusukan Otak Akibat Konsumsi Konten Kualitas Rendah
sciencedaily.com
Ilustrasi otak manusia 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan, istilah brain rot sedang naik daun. 

Brain rot adalah pembusukan otak yang berdampak pada penurunan kondisi mental atau intelektual akibat mengonsumsi konten berkualitas rendah berdurasi pendek, secara berlebihan. 

Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, salah satu aktivitas yang bisa menyebabkan brain rot adalah scrolling media sosial. 

Scrolling media sosial adalah aktivitas menggeser konten media sosial secara vertikal atau horizontal, menampilkan informasi yang tidak muat dalam satu layar. 

"Contohnya seperti itu tadi, scrolling media sosial," ungkapnya pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (7/1/2025). 

Lebih lanjut, Vera menjelaskan apa yang terjadi ketika kita sering melakukan scrolling di media sosial.

Berita Rekomendasi

Kerja otak, berkembang dari pengalaman yang diberikan di dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketika melihat tempat yang berbeda misalnya, otak akan terstimulasi. Begitu pula saat melakukan scrolling media sosial terus-menerus. 

Hanya saja, saat melakukan scrolling media sosial, akan berlangsung singkat dan cepat. 

Umumnya, satu konten di media sosial hanya berdurasi 15 sampai 30 detik saja. 

"Terus kita lihat lagi, lihat lagi. Jadi belum memproses satu yang kita lihat, kita sudah pindah ke hal yang lain," ujarnya. 

Karena aktivitas ini singkat dan cepat, hormon dopamin pun jadi terstimulasi untuk keluar.

Hormon dopamin dapat membuat perasaan bahagia. Sehingga seseorang menjadi betah melakukan aktivitas scrolling terus-menerus. 

"Nah ini kalau berlebihan secara jangka panjangnya, dampaknya cukup mengkhawatirkan. Bisa mengganggu konsentrasi dan menurunkan kemampuan berpikir kritis," jelasnya. 

Akibatnya, otak kita terbiasa untuk mendapatkan sesuatu yang instan.

"Jadi kalau misalnya disuruh untuk, kamu kalau mau happy, mau lebih enak, kamu olahraga saja. Atau baca buku, atau pergi ke tempat outdoor. Nah itu effort nya kan ada, jadi agak males untuk melakukan itu. Karena sudah terbiasa scrolling-scrolling tadi," imbuhnya. 

Dampak dari semua itu, lanjut Vera bisa meningkatkan resiko stres dan lelah mental. 

"Kalau pada otak kita, terasa lambat, tidak belajar hal yang baru Tidak terbiasa kritis lagi, kita pun jadinya lama-lama stres gitu," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas