Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia Berhasil Keluar Dari Fragile Five, Sri Mulyani: Dorongan Hilirisasi Sumber Daya Alam

Sri Mulyani menegaskan, saat ini Indonesia telah keluar dari kategori Fragile Five. Hal tersebut didorong oleh kebijakan pemerintah melalui hilirisasi

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Indonesia Berhasil Keluar Dari Fragile Five, Sri Mulyani: Dorongan Hilirisasi Sumber Daya Alam
Tangkapan Layar
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Seminar Financing Transition in ASEAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia (RI) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Indonesia sempat masuk dalam kategori Fragile Five di tahun 2013, bersama empat negara lain yaitu Brazil, India, Afrika Selatandan Turki.

Menurut Sri Mulyani, penetapan kategori Fragile Five itu sejalan dengan neraca pembayaran Indonesia yang saat itu mengalami defisit sebesar 3,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2013.

Meski begitu, Sri Mulyani menegaskan, saat ini Indonesia telah keluar dari kategori Fragile Five. Hal tersebut didorong oleh kebijakan pemerintah melalui hilirisasi sumber daya alam.

Baca juga: Jokowi dan Kanselir Scholz Ingin Perdalam Kerja Sama Hilirisasi Industri dan Transisi Energi

"Indonesia masuk dalam kategori fragile five pada tahun 2013 bersama-sama dengan Brazil, India, Afrika dan Turki, kini Indonesia telah berhasil keluar dari kelompok fragile five tersebut," kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (19/5/2023).

"Inilah yang menyebabkan pertahanan perekonomian Indonesia. Menguatnya posisi neraca berjalan Indonesia tidak lepas dari kebijakan struktural dan transformasi ekonomi, yang dilakukan oleh pemerintah yaitu hilirisasi sumber daya alam," lanjutnya.

Bendahara negara ini menuturkan, sejak tahun 2014 pemerintah telah mencanangkan kebijakan hilirisasi dengan mewajibkan pembangunan smelter secara bertahap, bagi perusahaan tambang mineral.

Berita Rekomendasi

Bahkan, kata Ani, pemerintah juga memberikan berbagai dukungan fiskal baik melalui perbaikan ekosistem, perpajakan maupun memberikan insentif fiskal lainnya.

"Selain karena faktor harga komoditas yang melonjak tajam, upaya menciptakan nilai tambah yang tinggi berperan penting dalam meningkatkan ekspor dan neraca perdagangan Indonesia yang signifikan," tutur dia.

Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia pada 2022 melonjak tajam dan mencatat rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia, yaitu 292 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau meningkat 66 persen dari posisi 176 miliar dolar AS pada 2014.

Baca juga: Anggota Komisi XI DPR: Kebijakan Hilirisasi Presiden Harus Didukung Secara Berkelanjutan

Sedangkan, neraca perdagangan tahun 2022 mencatatkan rekor tertinggi yaitu 54,5 miliar dolar AS, sampai dengan April 2023. Kata dia, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus 36 bulan berturut-turut.

"Menguatnya fondasi ekonomi Indonesia tercermin dari stabilnya pasar keuangan domestik, di tengah tingginya ketidakpastian pasar global," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas