Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama Panen Perdana Budi Daya Nila Sistem Bioflok: Dorong Ekonomi Rakyat
Budi daya ikan tawar ini melibatkan para nelayan dan masyarakat pesisir yang selama ini diberdayakan oleh organisasi otonom di bawah PBNU.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (PP SNNU) melakukan panen perdana budi daya ikan nila dengan sistem bioflok.
Budi daya ikan tawar ini melibatkan para nelayan dan masyarakat pesisir yang selama ini diberdayakan oleh organisasi otonom di bawah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.
Ketua Umum PP SNNU Witjaksono menjelaskan, program budi daya ikan nila dengan metode bioflok ini merupakan salah satu program unggulannya dalam rangka mendukung kemandirian ekonomi masyarakat.
Baca juga: JRBM Dorong Kemandirian Ekonomi Warga Lewat Budidaya Kakao Varietas Unggul
"Dengan panen perdana ini diharapkan dapat diluaskan ke titik-titik budi daya lain di seantero Indonesia, yang pada akhirnya mampu meningkatkan perputaran ekonomi di daerah di mana program SNNU ini dijalankan,” ujar Mas Witjak, sapaan akrab Witjaksono dalam keterangannya, Kamis (25/5/2023).
Mas Witjak menerangkan asal mula budi daya ikan nila dengan sistem bioflok. Awalnya, kata dia, budi daya itu memanfaatkan lahan kosong milik M. Zaim Nugroho, yang juga Ketua Bidang PP SNNU. Dengan lahan terbatas, akhirnya dipilih budi daya ikan tawar dengan sistem bioflok sesuai dengan kompetensi yang dimiliki timnya.
Karena tidak bisa berjalan sendiri, ia lantas menggandeng dan mengajak masyarakat setempat untuk menjalankan operasional tambak. Hal ini sekaligus membantu mata pencaharian masyarakat sekitar tambak. “Alhamdulillah hari ini telah terlaksana panen perdana dan hasilnya cukup menggembirakan," kata dia.
Ke depan, Mas Witjak berharap bisa menularkan metode sistem bioflok ke masyarakat di daerah lain yang terdapat cabang SNNU seperti di Kabupaten Bogor. "Tapi tentunya menyesuaikan dengan kondisi dan karakter masing-masing daerah," kata Mas Witjak.
Lebih lanjut Mas Witjak ingin agar program budi daya ikan menggunakan metode bioflok terus ditingkatkan skala, kapasitas dan diversifikasinya dengan tetap menyesuaikan sumber daya dan kondisi daerah. Yang ujungnya dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
"Program budi daya ikan dengan sistem bioflok ini akan secara masif dihadirkan dan diduplikasi di daerah-daerah lain dalam rangka menyongsong salah satu misi besar kami untuk mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat,” pungkas Mas Witjak.
Ketua Bidang Aquakultur PP SNNU M Zaim Nugroho menambahkan, budi daya ikan nila tersebut berawal dari inisiatif sederhana.
Yakni memanfaatkan lahan kosong yang awalnya tidak berdaya guna menjadi berguna.
”Kemudian budi daya disesuaikan dengan luasan lahan yang terbatas,” terang Zaim.
Sistem bioflok dipilih karena untuk memaksimalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Zaim menyebut pihaknya menggandeng dan mengajak masyarakat setempat untuk menjalankan operasional budi daya ikan tersebut.
”Sehingga secara tidak langsung mampu menjawab kebutuhan akan pekerjaan dari masyarakat,” imbuhnya.