Analis: Investasi Emas Lebih Menguntungkan Saat AS Mengalami Gagal Bayar
BI disarankan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) jika The Fed melakukan hal serupa dalam keputusan rapat pertengahan Juni nanti.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pasar modal mengatakan, harus ada antisipasi yang dilakukan dalam menghadapi pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) yang tidak menentu jelang keputusan gagal bayar atau tidaknya AS pekan depan.
Untuk investor, dia menyarankan untuk menaruh asetnya dalam emas jika Negeri Paman Sam benar-benar gagal bayar utang.
"Kalau gagal bayar terjadi tentu emas, tapi sekarang nggak jadi. Jadi, kita was-was dulu, pasca kenaikan Fed rate harusnya pasar saham lebih positif," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Jumat (2/6/2023).
Dari sisi kebijakan makro, Bank Indonesia (BI) disarankan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) jika Bank Sentral AS atau The Fed melakukan hal serupa dalam keputusan rapat pertengahan Juni nanti.
"BI mungkin perlu menaikkan suku bunga 25 bps bila The Fed kembali menaikkan 25 bps di Juni," katanya.
Dihubungi terpisah, dosen sekaligus praktisi pasar modal Lanjar Nafi menyarankan untuk kurangi aset dalam bentuk Greenback.
"Antisipasi yang harus dilakukan mengurangi portofolio aset dalam bentuk dolar AS," katanya.
Baca juga: Jepang dan China Akan Merugi Jika Amerika Gagal Bayar Utang, Nilai Tukar Rupiah Bisa Tembus Rp15.000
Kemudian jika Amerika nantinya gagal bayar utang, dia menambahkan, instrumen emas bisa dijadikan investasi yang cocok bagi investor.
Baca juga: Dapat Dukungan Senat, Pemerintah AS Akhirnya Terhindar dari Risiko Gagal Bayar Utang
"Apabila sentimen di atas terjadi, tentu aset yang lebih aman seperti emas akan dibanjiri peminat. Setelah itu, aset-aset negara berkembang akan kembali disukai investor global," pungkas Lanjar.