Lira Turki Catat Penurunan Nilai Pasca Pilpres, Jadi yang Terendah Sejak 2021
Mata uang lira Turki dilaporkan anjlok sebesar 7 persen, turun tajam bila dibandingkan dengan mata uang negara lainnya yang diperdagangkan di pasar
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA – Mata uang lira Turki dilaporkan anjlok sebesar 7 persen, turun tajam bila dibandingkan dengan mata uang negara lainnya yang diperdagangkan di pasar global pada Rabu (7/6/2023).
Penurunan ini bahkan tercatat jadi yang terendah sejak 2 tahun terakhir tepatnya pada 2021 lalu. Menurut pantauan data Reuters, sebelum nilai Lira menyentuh rekor terendah mata uang Turki ini sempat tertahan di kisaran harga 23,16 terhadap dolar.
Namun pasca Recep Tayyip Erdogan terpilih kembali sebagai presiden Turki tiga periode, memimpin persaingan di penghitungan Pilpres dengan mengantongi 52,3 persen suara dan mengalahkan lawannya yakni Kemal Kilicdaroglu hanya meraih 47,7 persen suara,
Baca juga: Mata Uang Lira Merosot ke Rekor Terendah Saat Erdogan Terpilih Kembali Jadi Presiden Turki
Pergerakan mata uang Lira mulai berada di bawah tekanan, hingga nilainya anjlok di kisaran 22,98 melawan greenback pada 0735 GMT. Memperpanjang penurunan Lira yang telah mencatatkan keruntuhan sebesar 42 persen di sepanjang tahun ini.
"Lira semakin dekat setiap hari ke level yang tidak perlu dipertahankan dengan cadangan. Saya perkirakan kerugian akan berlanjut untuk sementara waktu," kata seorang trader forex.
Respon negatif ini terjadi lantaran para investor mulai dibayangi kekhawatiran atas pelonggaran suku bunga yang kembali diserukan Erdogan pasca terpilih menjadi Presiden. Rangkaian tekanan ini yang membuat nilai Lira terus mencatatkan penurunan tajam.
Sejumlah analis bahkan menilai apabila penurunan mata uang Lira akan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Mengingat belakangan ini laju inflasi Turki tak kunjung berada di zona hijau.
“Kami pikir nilai Lira akan kembali jatuh 15 persen persen atau lebih rendah, hingga gagal menahan devaluasi," kata Paul McNamara, direktur utang pasar negara berkembang di manajer aset GAM.
Lira bukanlah mata uang yang mengalami penurunan nilai yang tajam di sepanjang tahun ini, menurut catatan Refinitiv ada sejumlah mata uang lainnya yang memiliki kinerjanya yang jauh lebih buruk dibandingkan Turki.
Diantaranya seperti pound Lebanon yang jatuh 89,96 persen dari awal tahun 2023, kemudian ada dolar Zimbabwe yang terjun di kisaran 66,08 persen dan disusul penurunan nilai pada franc Burundi sebesar 26,8 persen.