Melonjaknya Harga Pangan dan Energi Dorong Zona Eropa Masuk ke Jurang Resesi
Resesi sendiri diartikan sebagai kontraksi pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Sebanyak 20 negara zona Eropa telah masuk ke dalam resesi ringan pada awal tahun ini.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, output ekonomi di zona euro turun 0,1 persen masing-masing untuk dua kuartal terakhir, menurut data yang dirilis oleh kantor statistik Eurostat, Kamis (8/6/2023).
“Pertumbuhan ekonomi terganggu oleh melonjaknya harga pangan dan energi, jaringan perdagangan yang terganggu, dan ketidakstabilan yang dipicu oleh konflik antara Rusia dan Ukraina,” kata Eurostat.
Baca juga: Hindari Resesi, Anggota DPR Dukung Perundingan Rusia-Ukraina
Resesi sendiri diartikan sebagai kontraksi ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut.
“Berita bahwa PDB menyusut pada kuartal pertama berarti zona euro telah jatuh ke dalam resesi teknis. Kami menduga ekonomi akan berkontraksi lebih lanjut selama sisa tahun ini,” ungkap Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics.
Irlandia, Belanda, Jerman dan Yunani termasuk di antara negara zona euro yang melaporkan kontraksi ekonomi kuartal-ke-kuartal untuk kuartal I tahun ini.
Sementara itu, analis dari Pantheon Macroeconomics, Claus Vistesen memperkirakan ekonomi di kawasan zona euro tidak akan tumbuh dalam beberapa bulan ke depan, ketika dia mengharapkan perlambatan dalam investasi.
“Lingkungan ekonomi yang lesu juga menimbulkan tantangan bagi Bank Sentral Eropa, yang telah berada di jalur hawkish selama 12 bulan terakhir dan baru-baru ini menetapkan suku bunga utamanya di angka 3,25 persen,” kata Vistesen.
Meski demikian, Komisi Eropa masih optimis ekonomi negara-negara di kawasan zona euro akan tumbuh sebesar 1,1 persen di tahun ini dan 1,6 persen pada 2024.