IHSG Berpeluang Menguat Pekan Ini Jelang Penentuan Fed Tahan Suku Bunga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini berpeluang konsolidasi menguat menjelang hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini berpeluang konsolidasi menguat menjelang hasil pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Hans memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di level 6.648 sampai 6.562 dan resistance di level 6.772 sampai 6.820. "The Fed diperkirakan akan melakukan jeda kenaikan suku bunga pada pertemuan 13 Juni hingga 14 Juni 2023," ujar Hans melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Senin (12/6/2023).
Kendati demikian, Hans mengungkapkan, Bank Sentral Negeri Paman Sam tetap membuka peluang kenaikan pada edisi Juli 2023 mendatang.
Sementara, rilis inflasi pada 13 Juni sehari sebelum pengumuman suku bunga akan sangat mempengaruhi keputusan dari The Fed. "Biarpun diperkirakan inflasi AS akan turun, tetapi diperkirakan tetap tinggi," katanya.
Di sisi lain, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan dan memberikan tekanan terhadap indeks dolar AS yang tentu positif bagi pasar Indonesia.
Hans menambahkan, berbeda dengan Indonesia, data China melambat, satu di antaranya inflasi yang menyusut mengindikasi negara tersebut kehilangan momentum pemulihan pasca pelonggaran pandemi Covid 19.
"Inflasi Indonesia diprediksikan semakin turun di tahun depan yakni di level 2,51 persen dan ini membuka peluang penurunan suku bunga acuan di tahun depan," pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan tinjauan khusus tingkat inflasi pasca momen lebaran atau pada Mei 2023 yang sebesar 0,09 persen secara bulanan atau month to month.
Baca juga: BPS Catat Inflasi Mei Terendah Sejak Awal 2023, Tanda Daya Beli Melemah?
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, pasca lebaran 2023 ini, tingkat inflasi mulai melemah. "Bahkan, merupakan tingkat inflasi terendah sejak Januari 2023," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (5/6/2023).
Berdasarkan data BPS, laju inflasi dari bulan Januari sampai April 2023 masing-masing sebesar 0,34 persen di Januari, lalu Februari 0,16 persen, Maret 0,18 persen, dan April 0,33 persen.
Baca juga: Ekonom Ingatkan Harga Bahan Pokok Meroket Meski Inflasi Terendah Sejak Awal 2023
Pudji tidak bisa menyimpulkan, bahwa penurunan inflasi sejak Januari 2023 itu pertanda daya beli melemah. "Jadi, kita tidak bisa menyatakan adanya indikasi melemahnya daya beli. Hal ini tentunya karena kita bisa lihat kecenderungannya itu lebih karena sudah berkurangnya permintaan pasca Ramadan dan lebaran khususnya pada barang-barang hasil industri manufaktur ya," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.