4 UMKM Ini Berhasil Manfaatkan Limbah Jadi Produk Bernilai Jual, Ada yang Laku Sampai Luar Negeri
Cerita empat pelaku UMKM dari Solo yang berhasil meraup keuntungan setelah menciptakan produk dari limbah-limbah barang tak terpakai.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Berkat kejelian memanfaatkan peluang yang ada, empat pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Solo, Jawa Tengah, berhasil mengubah bahan baku tidak terpakai menjadi produk kreatif yang menguntungkan.
Ada yang memanfaatkan koran bekas, kain perca, hingga paralon dan kayu jati sisa furniture.
Sentuhan tangan kreatif mereka berhasil membuat aneka produk kerajinan.
Bahkan di antara mereka sudah ada yang menjual produknya ke luar negeri alias ekspor.
1. Limbah Koran
Berawal dari coba-coba mengolah bekas surat kabar langganan, Kristanti Nareswari (37) berhasil meraup keuntungan.
Nares menggeluti UMKM bidang kerajinan yang diberi nama Setyo Handmade.
Koran-koran bekas bisa dibuat menjadi tas, keranjang, vas, tempat tisu, kalung, hingga jepit rambut.
"Dulu sekitar 2014 mulai belajar bikin produk, awalnya buat mengisi waktu luang memanfaatkan koran langganan yang tidak terpakai di rumah," ungkap Nares saat dijumpai di kediamannya, Rabu (10/5/2023).
Nares merasa sayang melihat tumpukan koran saat itu bila dijual hanya laku Rp 3.000 per kilogram.
"Kalau dibuat jadi produk-produk seperti ini kan lumayan. Awalnya dulu buat untuk dipakai sendiri, terus banyak yang tanya, lama-lama jadi peluang usaha," ujarnya.
Harga produk Setyo Handmade bervariasi, seperti tatakan gelas yang dijual seharga Rp 15.000.
Sementara untuk tas, harganya mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 300.000.
Nares bisa mendapat keuntungan jutaan rupiah per bulan.
"Kalau pesanan ramai bisa sampai Rp 5 juta lebih," ungkapnya.
Bahkan produk Nares saat ini sudah mendapat tempat display di hotel bintang lima, The Royal Surakarta Heritage.
Baca juga: Berawal dari Coba-coba, Produk UMKM dari Limbah Koran Kini ‘Mejeng’ di Hotel Bintang Lima
2. Limbah Kayu Jati
Pelaku UMKM yang memanfaatkan limbah kayu jati adalah Bien Craft.
Usaha ini dijalankan oleh Liem Lie Bien, yang memiliki latar belakang sebagai penjahit.
Bu Bien, sapaan akrabnya, kini meraup pundi-pundi rupiah dengan menjual produk kerajinan dari limbah kayu jati.
Potongan kayu jati yang tidak lagi terpakai disulapnya menjadi tatakan gelas atau coaster, asbak, sisir kayu, vas mini, hingga mainan labirin unik.
Limbah kayu jati didapatkan Bu Bien dari mebel-mebel di wilayah Solo hingga Kalijambe, Sragen, yang terkenal dengan industri furniturnya.
Tidak sembarang limbah kayu jati digunakan Bu Bien sebagai bahan pembuatan produk.
"Limbah jati mebel yang dipakai yang punya ketebalan 0,5 centimeter," ungkapnya.
Bu Bien membuat konsep hingga desain produk.
Kemudian konsep tersebut diserahkan kepada perajin mebel untuk diproses.
"Karena mesinnya mahal, jadi ada perajinnya sendiri, ide dari saya," kata Bu Bien.
Harga produk Bien Craft beragam, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 350.000.
"Untuk omzet yang jelas pendapatan bertambah, bisa untuk mengembangkan usahanya. beli bahan tidak bingung, bisa nabung dan berbagi," imbuhnya.
Baca juga: UMKM di Solo Sulap Limbah Kayu Jati Jadi Produk Kerajinan Kreatif
3. Limbah Paralon
Siapa sangka, limbah pipa paralon yang tak terpakai bisa disulap menjadi sangkar burung bernilai tinggi.
Itulah kejelian Eko Alif Muryanto, pemilik usaha sangkar burung dan akuarium Eank Solo.
Kini, usaha sangkar burung yang diberi nama Eank Solo ini sudah merambah ekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa.
"Mulai dari Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, Taiwan, hingga India dan Belgia," ungkap Eko.
Untuk sangkar burung, Eko bisa membuat dengan diameter 16-60 centimeter yang dijual mulai dari harga Rp 350 ribu hingga Rp 2,5 juta.
Omzet Eko pun bisa menyentuh belasan juta rupiah per bulannya.
Baca juga: Dorongan Rumah BUMN Solo, UMKM Perajin Sangkar Burung dari Limbah Pipa Bisa Go Digital dan Go Ekspor
4. Limbah Kain Perca
Pelaku UMKM selanjutnya yang memanfaatkan barang tidak terpakai adalah Lintang Kejora.
Usaha Lintang Kejora dijalankan oleh Rina Sulistyaningsih (48).
Ia memulai bisnis suvenir dari kain perca sisa produksi dari penjahit.
Produk Lintang Kejora ialah dompet dan aneka tas custom.
Rina mengaku usaha yang dilakoni sejak 2015 itu berawal dari hobi yang ia jalani.
"Berawal dari hobi saya bikin pernik-pernik lalu dapat pesanan, tidak mengira bakal jadi bisnis," ujar Rina saat dijumpai di kediamannya di Solo, Jawa Tengah, Senin (15/5/2023).
Produk pertama Lintang Kejora adalah suvenir dompet dari kain perca.
"Lama kelamaan banyak yang pesan tas, dompet, jadi sekarang enggak pakai perca, malah menghasilkan perca," ujarnya.
Perca yang dihasilkan kemudian diproses kembali menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual.
Saat ini, Lintang Kejora bisa memproduksi aneka tas seperti tote bag, sling bag, hingga ransel.
Harganya bervariasi mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000.
Omzet usaha ibu dua anak ini mencapai Rp 10-12 juta per bulan.
Baca juga: Cerita Pelaku UMKM Suvenir dari Kain Jumputan Khas Solo: Awalnya Jalankan Hobi, Melejit saat Pandemi
Tidak hanya dipesan dari dalam negeri, produk Lintang Kejora sudah ekspor ke Singapura.
Produk yang dipesan dari Singapura adalah tas dan dompet.
"Selain itu akhir-akhir ini masuk untuk home set kitchen, seperti apron, celemek gitu," ujar Rina.
Peran UMKM dalam Perputaran Ekonomi
Dihubungi terpisah, Pimpinan Cabang BRI Solo Sudirman, Mustofa Adi mengungkapkan, UMKM memiliki peran dalam perputaran roda ekonomi nasional.
"Ada 50-60 juta pelaku UMKM di Indonesia, di Solo sendiri cukup besar, sekitar 70 persen masyarakatnya pelaku UMKM," ungkap Mustofa saat dihubungi, Jumat (26/5/2023).
Adi mengatakan BRI berkomitmen untuk membantu pengembangan pelaku UMKM.
"Kami ingin membuat UMKM naik kelas dan go internasional," imbuhnya.
Mustofa menegaskan butuh kolaborasi bersama untuk mencapai tujuan tersebut.
"Tidak hanya tugas BRI, tapi juga tugas bersama masyarakat beserta pemerintah daerah," ungkap Mustofa.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.