Jadi Produsen Nomor Empat Dunia, Produksi Kopi Indonesia Didominasi Perkebunan Rakyat
Produktivitas biji kopi masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan untuk memberikan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai produsen kopi terbesar nomor empat di dunia, ternyata produksi kopi di Indonesia masih didominasi 96,1 persen oleh perkebunan kopi rakyat.
Hal ini menjadi fokus bagi BUMN untuk terus bisa meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas dan kualitas biji kopi rakyat.
Setelah melakukan pendampingan di berbagai lokasi di Indonesia, saat ini BUMN melalui Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara mulai melakukan intervensi di wilayah Jawa Tengah, seperti disampaikan dalam kick-off Program Makmur Kopi, Rabu (5/7/2023), di Kabupaten Temanggung.
Baca juga: Menparekraf Dorong Papua Coffee Expo 2023 Jadi Ajang Meningkatkan Pasar Kopi Papua di Dunia
Budidaya kopi di Jawa Tengah tidak terlepas dari peran serta pengelolaan lahan Perhutani oleh masyarakat sekitar.
Di wilayah Kabupaten Temanggung sendiri, hampir 4.000 hektar lahan Perhutani yang telah dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya komoditas kopi dengan produktivitas 250 kg green bean per hektar per tahun.
Produktivitas ini masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan untuk memberikan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat.
Dalam rangka melakukan peningkatan produktivitas ini, Perhutani bersama dengan BUMN yang terlibat dalam ekosistem (hulu hingga hilir) PMO Kopi Nusantara akan melakukan pendampingan teknis budidaya yang lebih intensif.
“Targetnya, separuh dari lahan yang saat ini dimanfaatkan oleh Petani bisa kita berikan intervensi bersama dengan stakeholders di PMO Kopi Nusantara,” jelas Direktur Operasi, Natalas Anis Harjanto yang mewakili Perhutani selaku koordinator program PMO Kopi Nusantara di Jawa Tengah, dalam keterangannya, Kamis (6/7/2023).
Sementara itu Ketua PMO Kopi Nusantara, Dwi Sutoro, menyebutkan, peningkatan produktivitas kopi rakyat saat ini menjadi upaya utama yang sedang diusahakan oleh seluruh stakeholders.
“Intinya, usaha kita adalah bagaimana kopi rakyat yang menyumbang 96,1% dari produksi nasional bisa terus meningkat dan memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi petani,” ujar Direktur Pemasaran PTPN Holding ini.
Pendampingan teknis dimulai dengan penyediaan akses terhadap pupuk yang difasilitasi oleh Pupuk Kalimantan Timur.
Petani melalui Kelompok Tani atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bisa mendapatkan harga distributor yang lebih rendah dari harga pupuk di pasar. Pupuk Kalimantan Timur juga akan memberikan rekomendasi pemupukan sesuai dengan kondisi unsur hara tanah melalui proses uji laboratorium.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) juga akan melakukan pendampingan dari sisi budidaya. Puslitkoka merupakan lembaga penelitian kopi tertua di Indonesia yang telah memiliki pengalaman selama ratusan tahun dalam ekosistem bisnis kopi.
Pendampingan budidaya dilakukan mengacu pada prinsip good agricultural practices (GAP) yang sesuai dengan standar internasional.
Dari sisi pasca panen, PTPN 9 menyediakan fasilitas pengolahan untuk memberikan nilai tambah bagi produksi kopi rakyat. Pengolahan di sisi hilir ini, misalnya seperti kegiatan roasting dan packaging, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat secara eksponensial.
Dalam hal pemasaran, ID FOOD melalui Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT PPI) siap menjadi off-taker yang membeli dan mendistribusikan kopi rakyat.
PT PPI telah melakukan ekspor ke berbagai negara untuk berbagai komoditas termasuk kopi. Selain itu, digitalisasi juga akan dilakukan dengan platform digital yang kini tengah dikembangkan oleh Telkom Indonesia dan Perhutani.