Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonomi Indonesia di Tengah Gejolak Global, INDEF: Fundamental Domestik Kuat dan Rupiah Stabil

Perekenomian gobal terus mengalami tekanan karena sejumlah faktor dan mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ekonomi Indonesia di Tengah Gejolak Global, INDEF: Fundamental Domestik Kuat dan Rupiah Stabil
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Ilustrasi di salah satu sudut Kota Jakarta. Perekenomian gobal terus mengalami tekanan karena sejumlah faktor dan mempengaruhi ekonomi Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekenomian gobal terus mengalami tekanan karena sejumlah faktor dan mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Seberapa besar pengaruh tersebut?

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menjelaskan bahwa efek dan tekanan ekonomi yang dihadapi para negara-negara besar di dunia, tentu dapat berimbas secara global, termasuk Indonesia.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Industri Asuransi Jadi Pendongkrak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

“Raksasa ekonomi dunia ini ketika bermasalah tentu akan mempengaruhi ekonomi global, sehingga diharapkan pertumbuhannya selalu baik. Tapi dalam konteks Tiongkok, nyatanya saat ini belum seperti yang diharapkan,” tuturnya dalam diskusi ekonomi Tumbuh Makna dengan tema Pengaruh Tingkat Suku Bunga AS dan Perlambatan Ekonomi Tiongkok Terhadap Ekonomi Indonesia', di Jakarta, sebagaimana dikutip, Senin (17/7/2023).

Diketahui, gejolak ekonomi global masih dalam kondisi tidak pasti. Efek berkepanjangan konflik Rusia dan Ukraina, perang dagang semikonduktor dua kekuatan ekonomi dunia antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta krisis energi dunia masih menjadi faktor yang mempengaruhi ekonomi domestik suatu negara.

Bahkan dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju masih akan melambat di level 0,7 persen pada 2023 dari kondisi 2022 yang tumbuh 2,6 persen.

Proyeksi ini melihat bahwa masih ada tekanan terhadap negara-negara dari turbulensi ekonomi global yang belum baik.

BERITA REKOMENDASI

Terlebih pada Juni 2023, The Fed menahan suku bunga acuan di rentang 5 persen-5,25 persen.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Penempatan DHE Dalam Negeri Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Keputusan ini dinilai mengakhiri tren kenaikan suku bunga secara beruntun. Kenaikan suku bunga tersebut disebut berbagai pihak dalam rangka mencegah inflasi berlebihan dan menjaga stabilitas ekonomi. Pada sisi lain, Tiongkok mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan dengan hanya membukukan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama 2023.

Pada April 2023, impor Tiongkok mengalami kontraksi tajam sebesar 7,9 persen, sementara ekspor hanya 8,5 persen, dibandingkan Maret lalu yang berada pada kisaran 14,8 persen.

Eko menambahkan, dalam konteks ekonomi Tiongkok, diproyeksikan pertumbuhannya dapat mencapai sampai 6 persen, namun kemudian berbagai indikatornya tidak terlihat menuju pertumbuhan yang cukup.

“Revisinya ada di angka 5 setengah dan angka ini pun sebenarnya belum cukup maksimal, karena untuk sekelas Tiongkok minimal di angka 7 persen bila ingin pulih. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang hanya di angka 5 persen saja sudah cukup. Sementara itu, untuk Amerika sendiri, tingkat inflasinya sudah cukup rendah di angka 3 persen, tinggal ditunggu saja, apakah konsisten atau sifatnya sementara,” katanya.

Meski gejolak ekonomi global sedang tinggi, ia meyakini fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, lanjut Eko, fenomena ekonomi global tidak langsung berdampak dengan ekonomi Indonesia. Sebab , ekonomi Indonesia sumber utamanya adalah domestik yang memungkinkannya akan terus tumbuh dan kebal dengan tekanan dari luar.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas