Industri Hulu Migas dalam Negeri Diyakini Mampu Bersaing dengan Perusahaan Migas Internasional
PHR sebagai bagian dari Pertamina Hulu Energi (PHE), melakukan tajak perdana sumur Migas Non Konvensional (MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Abdul Kadir Karding mengapresiasi Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang merupakan bagian dari Pertamina Hulu Energi/Subholding Upstream Pertamina, yang berhasil melakukan pengeboran perdana sumur Migas Non Konvensional (MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Melalui unconventional drilling tersebut, diyakini bahwa industri hulu migas dalam negeri akan mampu bersaing dengan international oil company (IOC).
“Pengeboran sumur MNK ini tentu membanggakan. Saya kira, kita mulai terus membangun kemampuan diri kita, kapasitas diri kita, sekaligus juga kualitas kita sehingga bisa sejajar dan bersaing dengan industri internasional,” kata Kadir kepada media hari ini (29/7/2023).
Baca juga: Bergerak di Sektor Industri Migas, Pertamina Ungkap Upaya Dekarbonisasi dari Hulu hingga Hilir
Optimisme Kadir, karena pengeboran MNK memang berbeda dengan pengeboran konvensional.
Dalam hal ini, tentu saja tajak MNK memerlukan teknologi yang cukup baik, sumber daya manusia yang juga bagus. Dengan demikian, pengeboran MNK sekaligus menjadi bukti kemampuan Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina.
“Pengeboran MNK ini akan menjadi sesuatu yang positif bagi industri energi nasional dan sangat positif bagi Pertamina khususnya PHE,” katanya.
Dalam konteks ini Kadir berharap, ke depan, PHE akan terus meningkatkan upaya eksplorasi. Tidak hanya melalui tajak sumur konvensional tetapi juga non konvensional, seperti dilakukan PHR yang notabene merupakan bagian dari Pertamina Hulu Energi.
“Akan kita dorong ke depan untuk meningkatkan eksplorasi. Termasuk melalui model pengeboran MNK,” imbuh Kadir.
Kadir juga menyebut, banyak manfaat didapat dari pengeboran MNK. Antara lain, bisa mengurangi impor minyak.
Selain itu, juga bisa melakukan efisiensi dari sisi keuangan. “Karena jika mengimpor minyak, terus terang kita banyak mengeluarkan anggaran,” kata Kadir.
“Keuntungan lain,” imbuhnya, “MNK akan mendukung pula ketahanan energi nasional.”
Sebelumnya, 27 Juli 2023, PHR sebagai bagian dari Pertamina Hulu Energi (PHE), melakukan tajak perdana sumur Migas Non Konvensional (MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Tajak perdana sumur MNK berada di Lapangan Gulamo, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir.
Tajak sumur diresmikan langsung Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif didampingi Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, Direktur Utama PHR Chalid Said Salim, dan Gubernur Riau Syamsuar.
MNK merupakan minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah ( low permeability).
Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan eksplorasi MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi.
Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan. Sedangkan MNK berada di lapisan yang lebih dalam. Karenanya, MNK hanya bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horizontal dengan teknik stimulasi multi-stage hydraulic fracturing.