AP II Ungkap Strategi Asset Recycling di 5 Bandara pada Konferensi Sewindu Proyek Straregis Nasional
PT Angkasa Pura II menjalankan program asset recycling untuk menghadirkan nilai tambah di bandara-bandara yang dikelola perseroan
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - PT Angkasa Pura II menjalankan program asset recycling untuk menghadirkan nilai tambah (unlock value creation) di bandara-bandara yang dikelola perseroan.
Hal itu disampaikan President Director AP II Muhammad Awaluddin saat menjadi panelis dalam ‘Conference on Strategic Projects (PSN): Sustainable Infrastructure Towards Indonesia Emas 2045’ pada tema ‘How The Private Sector can Unlock Value Creation on Existing Infrastructure?’ yang digelar Rabu, 26 Juli 2023.
Konferensi itu diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), serta bekerjasama dengan antara lain Tony Blair Institute. Adapun konferensi tersebut juga bagian dari rangkaian kegiatan Sewindu Proyek Strategis Nasional pada April 2023 - Oktober 2023.
Selain President Director AP II Muhammad Awaluddin, hadir juga sebagai panelis Chief Risk Officer of Indonesia Investment Authority Marita Alisjahbana, Country Director Tony Blair Institute Shuhaela Haqim, Representative of GMR Infrastructure Limited Vivek Singhal, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin, serta Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., IPU., ASEAN.ENG.
Baca juga: Angkasa Pura II Terapkan Aturan Baru Naik Pesawat per Juni 2023, Berlaku di 20 Bandara
President Director AP II Muhammad Awaluddin di dalam konferensi itu mengatakan program asset recycling dijalankan pada aset greenfield dan brownfield.
Aset greenfield adalah aset yang belum memiliki alat produksi, misalnya tanah/lahan kosong yang ada di kawasan bandara. Sementara aset brownfield adalah aset yang sudah memiliki alat produksi, semisal gedung terminal penumpang pesawat di bandara.
“Asset Recycling yang dijalankan AP II adalah memanfaatkan aset eksisting untuk membangun aset baru guna mengoptimalisasi kinerja bandara, memperkuat konektivitas penerbangan dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis,” ujar Muhammad Awaluddin.
Lebih lanjut, Muhammad Awaluddin menuturkan saat ini ada 5 bandara AP II yang memiliki potensi untuk diterapkan program asset recycling yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Bandara Minangkabau (Padang), Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Supadio (Pontianak).
Di Bandara Soekarno-Hatta, asset recycling dilakukan untuk revitalisasi dan pengembangan Terminal 1, 2 dan 3. Selain itu, aset tanah dimanfaatkan untuk pembangunan Terminal 4 pada 2025 - 2027 dan Cargo Village.
“Tujuan dari Asset Recycling di Bandara Soekarno-Hatta adalah peningkatan kapasitas sehingga Bandara Soekarno-Hatta bisa melayani 120 juta penumpang per tahun dan mengakomodir 1,5 juta - 2,2 juta ton angkutan kargo. Selain itu, passenger experience juga meningkat sejalan dengan pengembangan fasilitas layanan,” ujar Muhammad Awaluddin.
Sementara di 4 bandara lainnya yakni Sultan Mahmud Badaruddin II, Minangkabau, Sultan Syarif Kasim II dan Supadio, disiapkan revitalisasi dan pengembangan kapasitas bandara serta peningkatan bisnis non-aero.
Implementasi asset recycling di lima bandara tersebut direncanakan dengan menggunakan skema kemitraan strategis antara AP II dengan mitra.
“Di Bandara Soekarno-Hatta dilakukan kemitraan strategis antara AP II dengan Indonesia Investment Authority (INA),” ungkap Muhammad Awaluddin.
Baca juga: Angkasa Pura II Usulkan Bus Transjakarta Masuk ke Bandara Soekarno-Hatta
Muhammad Awaluddin menuturkan di dalam menjalankan kemitraan strategis, AP II mempertimbangkan 5 hal, yaitu:
Pertama, kemitraan strategis harus memiliki tujuan utama (key objectives) yang kuat dan berdasarkan analisa menyeluruh. Contoh dari key objectives antara lain untuk aspek finansial, aspek operasional bandara dan aspek keahlian.
Kedua, asset recycling pada brownfield asset dilakukan juga untuk mendukung pendanaan dalam mengembangkan atau membangun aset baru.
Ketiga, asset recycling pada brownfield asset, semisal terminal penumpang, pada tahap awal harus diprioritaskan untuk menambah kapasitas.
Keempat, asset recycling dengan kemitraan strategis di bandara harus ditetapkan apakah di aset tertentu atau secara keseluruhan.
Kelima, sebelum program asset recycling dijalankan, harus ada informasi jelas dari stakeholder khususnya yang akan bersinggungan langsung, misalnya: informasi terkait konektivitas transportasi darat dan pembangunan wilayah sekitar bandara.
Muhammad Awaluddin menambahkan bahwa skema kemitraan strategis ini juga memastikan seluruh aset tetap berada di bawah kuasa AP II.
“Kemitraan strategis antara AP II dan mitra strategis ini mendatangkan manfaat seperti struktur permodalan, keahlian, jaringan penerbangan dan sebagainya, dengan tetap aset 100 persen milik AP II,” ujar Muhammad Awaluddin.
Adapun kemitraan strategis juga sudah dijalankan AP II bersama mitra di Bandara Kualanamu.
Asset Recycling menghadirkan nilai tambah bandara AP II dalam memperkuat konektivitas udara.