Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

OJK: Sikap FOMO Sangat Riskan, Bikin Korban Berjatuhan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, di tengah masyarakat ada fenomena baru terutama di kalangan anak muda, yaitu FOMO alias fear of missing out.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in OJK: Sikap FOMO Sangat Riskan, Bikin Korban Berjatuhan
dok.
Anggota Dewan Komisioner OJK Friderica Widyasari Dewi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, di tengah masyarakat ada fenomena baru terutama di kalangan anak muda, yaitu FOMO alias fear of missing out.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, FOMO adalah seperti keharusan untuk mengikuti tren terkini agar dicap tidak ketinggalan zaman termasuk soal produk investasi.

"Tentu ini juga sikap yang sangat riskan terutama ketika ada tawaran-tawaran yang kemudian tidak dicek dulu kebenarannya, legalitasnya, ppakah logis atau tidak. Karena FOMO ini semua kemudian ikut-ikutan dan kita lihat korbannya semakin banyak yang kemudian berjatuhan di kalangan masyarakat," ujarnya dalam webinar, Kamis (3/8/2023).

Baca juga: Bidik Segmen FOMO, Blibli Mulai Jual Samsung Galaxy S23 di Jaringan Omnichannel

Menurut Friderica, tingkat literasi keuangan rendah juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat kurang atau belum mampu membedakan produk maupun jasa keuangan legal atau berizin dengan yang ilegal.

Sementara kalau melihat survei nasional literasi keuangan di 2022 lalu, Indeks Literasi Keuangan masyarakat sebesar 49,68 persen.

"Sudah naik sebetulnya dibanding dengan tahun 2019 yang masih sebesar 38 persen. Walaupun meningkat, tapi masih banyak masyarakat yang belum terliterasi dalam hal keuangan," kata Friderica.

Berita Rekomendasi

Selain itu, Indeks Literasi Digital di Indonesia tahun 2022 juga berada di level 3,54 poin dalam skala 1,5 yang juga relatif belum tinggi.

"Di mana sebagian masyarakat belum bisa memilah dan memilih sumber informasi di internet. Akhirnya banyak yang ikut-ikutan dan tidak tahu resikonya, sehingga banyak menjadi korban berbagai produk dan jasa yang ditawarkan secara ilegal," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas