APPSI Catat Jumlah Pengunjung Pasar di Jakarta Merosot 80 Persen: Dua Minggu Dagang Tak Ada Pembeli
Sepinya pasar di Jakarta disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun diakibatkan pandemi Covid-19.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengungkap sepinya pasar di Jakarta mengakibatkan penurunan angka pembeli yang drastis.
Hal itu dikatakan Ketua Bidang Hukum dan Advokasi APPSI Hasan Basri dalam tayangan YouTube Tribunnews bertajuk Tribun Corner | Pasar Tradisional Mulai Lesu, Ada Apa?
Hasan mengatakan, jumlah pembeli di Pasar Tanah Abang merosot hingga 80 persen. Padahal, tempat tersebut merupakan destinasi utama pengunjung dari seluruh Indonesia.
Baca juga: Pusat Perbelanjaan dan Pasar Tradisional Mulai Terjadi Kiamat Pengunjung
"Seluruh orang Indonesia berbelanja ke Tanah Abang kalau tekstil. Kaos sepatu ke Jatinegara. Terus barang-barang produk jadi dalam negeri banyak ke Cipulir. Barang impor ke Mangga Dua. Itu semua dalam kondisi sepi," kata Hasan dikutip pada Senin (7/8/2023).
"Itu semua sepi, tidak ada pembeli. Sangat jauh berkurang mencapai 70 hingga 80 persen berkurangnya," lanjutnya.
Hasan kemudian menyebutkan, ada penjual yang bisa tidak mendapatkan pembeli hingga dua pekan. Padahal, dalam sehari biasanya bisa meraup jutaan rupiah.
"Ada pedagang yang satu sampai dua minggu tidak laris. Di Tanah Abang itu sudah biasa kita merasakan satu minggu tidak laris. Biasanya satu hari itu bisa laris puluhan juta, bahkan bisa lebih, tapi sekarang satu minggu itu bisa dikatakan tidak ada pembeli," katanya.
Selain itu, tak hanya sepi pembeli dari Jabodetabek, tetapi juga pembeli luar daerah yang biasanya sudah berlangganan dengan para pedagang.
"Inilah yang membuat kita pedagang agak bingung. Kondisi ekonomi seperti ini baru pertama kali terjadi yang kami rasakan dari beberapa puluh tahun ke belakang ini," ujar Hasan.
Adapun alasan sepinya pasar di Jakarta, kata Hasan, disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun. Penurunannya diakibatkan oleh pandemi Covid-19.
"Penurunan daya beli masyarakat ini semenjak masuknya covid. Di awal 2020, covid datang, terjadilah daya beli yang semakin menurun dan kondisi ekonomi juga semakin menurun," kata Hasan.
"Sehingga, produktivitas masyarakat di kehidupan sehari-hari khususnya di dalam pasar juga menurun," sambungnya.
Sebelumnya, Tribunnews sempat mengunjungi Pasar Tanah Abang Blok G. Kondisinya tampak sepi dan memprihatinkan.