Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bencana El Nino Hantam Thailand, Harga Beras di Asia Melonjak, Termahal Sejak 15 Tahun Terakhir

Harga beras di pasar Asia naik tinggi hingga menjadi yang termahal sejak 15 tahun karena dipicu gagal panen petani Thailand akibat bencana El Nino.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Bencana El Nino Hantam Thailand, Harga Beras di Asia Melonjak, Termahal Sejak 15 Tahun Terakhir
World Grain
Harga beras di pasar Asia naik tinggi hingga menjadi yang termahal sejak 15 tahun karena dipicu gagal panen petani Thailand akibat bencana El Nino. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Harga beras di pasar Asia naik tinggi hingga menjadi yang termahal sejak 15 tahun karena dipicu gagal panen petani Thailand akibat bencana El Nino.

Mengutip dari Economic Times, selama beberapa bulan terakhir para petani di Thailand dihadapkan oleh ancaman bencana el nino atau enomena pemanasan permukaan laut di atas rata-rata.




Fenomena ini terjadi akibat adanya angin laut yang terus bertiup ke arah barat di sepanjang ekuator. Sayangnya pergerakan angin mendorong air berjalan ke wilayah Timur hingga menciptakan suhu permukaan laut yang lebih panas dari biasanya.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), fenomena El Nino di Asia di sepanjang tahun ini telah meningkat suhu sekitar 0,2 derajat celcius.Akibatnya sejumlah negara di Asia termasuk Thailand mengalami musim panas yang lebih panjang dari tahun sebelumnya.

Ancaman ini yang membuat Thailand gagal memasok cadangan beras ke pasar Asia, hingga pasokan beras putih dengan butiran panjang khas Thailand menjadi langka dan harganya melesat naik menjadi 648 dolar AS per ton, paling mahal sejak Oktober 2008.

“Thai white rice atau kategori beras putih dengan butiran panjang melonjak 50 persen dalam setahun terakhir, lantaran curah hujan di bawah 40 persen dan cuaca kering mengancam produksi di Thailand sebagai produsen beras terbesar kedua di Asia,” jelas Asosiasi Eksportir Beras Thailand.

BERITA TERKAIT

Sebelum komoditas beras langka di Asia, pemerintah Thailand sebelumnya telah meminta petani untuk menuai satu panen di sepanjang tahun 2023. Namun akibat intensitas hujan yang kian menyusut, aktivitas produksi terus gagal dilakukan.

Kondisi ini kian diperburuk setelah Perdana Menteri India Narendra Modi resmi memberlakukan larangan ekspor beras dunia, berlaku mulai 20 Juli 2023.

Baca juga: India Stop Ekspor Beras ke RI, Tito Karnavian Wanti-wanti Ketersediaan Beras di Daerah Saat El-Nino

Larangan ekspor beras jenis non basmati diberlakukan Modi lantaran para petani di India mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrim, dimana sejak April kemarin India dilanda gelombang panas mencapai 46 derajat celcius.

Kondisi ini yang memaksa PM Modi untuk memberlakukan larangan ekspor beras non basmati atau yang dikenal dengan beras kebuli dengan tujuan untuk menjaga pasokan dalam negeri.

Serangkaian tekanan tersebut yang kemudian membuat pasokan beras menipis di tengah meningkatnya permintaan beras pasar global.

Baca juga: Bulog Diminta Jaga Cadangan Beras Sebesar 2,2 Juta Ton untuk Hadapi El Nino

“Untuk memastikan ketersediaan beras putih non basmati yang memadai di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor,” kata Kementerian Pangan India, mengutip dari Reuters.

Belum diketahui sampai kapan fenomena el nino akan terus menghantam Asia, namun apabila bencana kemarau akibat el nino berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka sejumlah negara Asia dan Afrika kemungkinan besar akan mengalami krisis pangan.

Baca juga: Hadapi Kemarau Akibat El Nino, BNPB Minta Masyarakat Mulai Menghemat Air

Mengingat Thailand dan India sendiri menjadi pemasok beras terbesar di Asia, dimana dalam setahun terakhir Thailand sanggup mengekspor lebih dari 8 juta ton beras untuk pasar Asia. Sementara India menyumbang ekspor 21,5 juta ton beras per tahun.

“Thailand dan India tidak memiliki cukup persediaan untuk menutupi kekurangan, pembeli Afrika akan paling terpengaruh. Efek pembatasan ini kemungkinan besar akan berdampak pada ancaman krisis pangan global,”ujar BV Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas