Akselerasi Kedaulatan Pangan, Agrofood Expo 2023 Perkuat Ekosistem Pelaku Usaha Pertanian
pameran produk unggulan hasil pertanian, makanan dan minuman olahan 'Agrofood Expo 2023' di Hall A JIEXPO Kemayoran Jakarta, pada Kamis (10/8/2023).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedaulatan Pangan saat ini masih menjadi isu yang disoroti pemerintah karena negara ini masih banyak melakukan impor bahan makanan, seperti buah dan sayuran.
Ini menandakan bahwa Indonesia masih belum berdaulat dalam aspek pangannya sendiri.
Perlu diketahui, negara yang telah mencapai kedaulatan pangan tentunya mampu dalam mengatur produksi dan konsumsi pertanian.
Ini berorientasi pada kepentingan pasar konsumsi lokal dan nasional, bukan pada pasar global.
Baca juga: Beras Premium Melonjak Rp14.950, Gula Pasir Dijual Rp14.850, Simak Update Harga Pangan Hari Ini
Terkait pentingnya isu kedaulatan pangan, Agrofood Expo bersama FoodDrink Expo dan Ketahanan Pangan Indonesia Expo menggelar pameran produk unggulan hasil pertanian, makanan dan minuman olahan 'Agrofood Expo 2023' di Hall A JIEXPO Kemayoran Jakarta, pada Kamis (10/8/2023).
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, Prayudi Syamsuri mengatakan bahwa ekosistem pelaku usaha pertanian yang dikembangkan secara komprehensif dan terpadu memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai pertanian yang maju, mandiri dan modern demi mewujudkan kedaulatan pangan.
Ia pun menekankan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian tidak hanya menghadapi pandemi virurs corona (Covid-19) saja.
Namun juga tantangan terkait penyediaan pangan agar mampu bertahan di tengah krisis global dan energi.
Gelaran pameran ini, kata dia, menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekosistem pertanian yang lebih komprehensif dan terpadu dari hulu hingga hilir.
"Hilirisasi pertanian harus diperkuat oleh kegiatan promosi dan advokasi yang dilakukan secara terintegrasi, salah satunya melalui pameran Agrofood Expo in," kata Prayudi, dalam acara tersebut.
Ia menjelaskan bahwa penguatan pembangunan komoditas perkebunan menjadi agenda prioritas untuk akselerasi kedaulatan pangan.
Langkah penguatan ini dapat dilakukan melalui promosi dan advokasi.
"Promosi bukan sekadar untuk mempertahankan pasar, tetapi juga memperluas pasar. Sedangkan advokasi memperkuat nilai suatu produk pertanian, terutama sawit. Bagaimana melalui advokasi bisa terbentuk opini cinta sawit yang memiliki nilai tambah sebagai produk olahan makanan dan bisnis pangan yang sangat prospetif," jelas Prayudi.
Ia pun mengapresiasi komitmen Wahyu Promo Citra yang memfasiliasi berbagai pihak dan stakeholder terkait dalam menggelar pameran ini, sehingga dapat terlaksana selama lebih dari 20 tahun.
Direktur Utama Wahyu Promo Citra Sukur Sakka mengatakan pameran ini memadukan konsep Business to Business (B2B) dengan (Business to Customer (B2C) dan berlangsung selama 4 hari yakni pada 10 hingga 13 Agustus mendatang.
"Dalam sesi Buyers Meet Sellers memberikan kesempatan yang luas bagi pelaku usaha pertanian untuk saling berjejaring sekaligus sharing pengembangan bisnis, promosi, pemasaran sekaligus pemanfaatan teknologi agiribisnis yang tepat guna untuk meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global," kata Sukur Sakka.
Ia optimis gelaran Agrofood Expo tahun ini dapat menarik lebih dari 10 ribu pengunjung.
Baca juga: Update Harga Pangan per 10 Agustus: Minyak Goreng, Gula, Beras, Cabai, dan Bawang Turun
Dalam pameran ini, ada 100 pelaku usaha di sektor agribisnis, agro industri, BUMN, Swasta, Pemerintahan Daerah (Pemda) hingga asosiasi yang berpartisipasi.
Beberapa di antaranya Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMII), Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina), Himpunan Kerukunan Tani Indoensia (HKTI), Coffee Lover Indonesia dan Artisan Tea.