Guncangan Sektor Properti di China Menyebar Cepat, Apa Dampaknya ke Pasar Saham RI?
IHSG ditutup turun 0,59 persen ke level 6.859.91 dan Indeks LQ45 ditutup turun 0,75 persen ke level 956,71.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, guncangan di sektor properti di China menyebar cepat setelah pengembang properti yang memiliki utang besar, Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan mengguncang sentimen di Asia.
Sementara, pasar saham Indonesia menutup perdagangan akhir pekan ini dengan melemah.
"IHSG ditutup turun 0,59 persen ke level 6.859.91 dan Indeks LQ45 ditutup turun 0,75 persen ke level 956,71 dengan saham-saham disektor material dasar dan konsumer primer menjadi kontributor pelemahan terbesar," ujar Lanjar melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (20/8/2023).
Selanjutnya, pasar obligasi juga melanjutkan trend pelemahannya dengan imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun naik 7,3 basis poin kelevel 6,508 persen.
Sentimen atas rencana penerbitan surat utang yang naik cukup besar di 2024 menjadi faktor utama. Nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,01 persen ke level Rp 15.285 per dolar Amerika Serikat (AS) akhir pekan ini.
Selama sepekan, pasar saham tercatat terkoreksi menghapus setengah dari penguatan pekan sebelumnya. "IHSG turun 0,29 persen dan LQ45 turun 0,79 persen," tutur Lanjar.
Kemudian, pasar obligasi tercatat alami penurunan yang cukup signifikan selama sepakan, di mana Imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia naik 17,4 basis poin yang merupakan kenaikan terbesar mingguan sejak Maret 2023.
Baca juga: Saham Meroket, EV Vietnam Ternyata Lebih Bernilai dari Ford dan General Motors
"Sentimen yang cenderung negatif dari China dan Amerika menjadi katalisator utama. Pengembang properti terkemuka, China Country Garden gagal membayar bunga obligasi hingga JP Morgan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China dan hasil risalah FOMC bulan lalu yang menyatakan pengetatan kebijakan perlu ditahan lebih lama karena peperangan terhadap inflasi belum usai menjadi katalis negatif yang mempengaruhi pasar," kata Lanjar.
Pekan depan investor diprediksi akan tertuju pada hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dalam pandanganya terhadap ekonomi.
Baca juga: IHSG Akhir Pekan Ditutup Terperosok Minus 0,59 Persen ke 6.859
"Lalu, ada pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole 25 Agustus mendatang untuk mendapatkan gambaran lebih serius akan kebijakan tingkat suku bunga The Fed," pungkasnya.