Pemerintah Thailand Pangkas Target Ekonomi Jadi 2,5 Persen Buntut Deflasi Pasar Global
Tekanan ini yang mendorong pemerintah setempat dan Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial National (NESDC) untuk memangkas target PDB
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Pemerintah Thailand resmi memangkas prospek Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan negaranya ke kisaran 2,5 persen dari target awal yang dipatok 2,7 persen hingga 3,7 persen.
Mengutip dari Channel News Asia, pemangkasan PDB dilakukan usai hasil ekspor Negeri Gajah Putih ini anjlok hingga 1,8 persen selama tiga bulan terakhir. Kondisi ini kian diperparah lantaran jumlah turis mancanegara yang melancong ke Thailand menyusut tajam akibat permintaan pasar global yang melemah buntut dari deflasi atau perlambatan ekonomi dunia.
Tekanan ini yang mendorong pemerintah setempat dan Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial National (NESDC) untuk memangkas target PDB di tahun ini ke level terendah.
Baca juga: Ekonomi Merosot di Kuartal I 2023, Selandia Baru Resmi Masuk Jurang Resesi
“PDB negara hanya tumbuh 1,8 persen secara tahunan di periode April-Juni 2023. Jauh di dari ekspektasi para ekonom yang memprediksi bisa tumbuh 3,1 persen, hasil ini yang kemudian memicu pemerintah untuk memangkas targetnya,” jelas laporan NESDC, pada Senin (21/8/2023).
Bank of Thailand Kerek Suku Bunga
Penyusutan ekonomi yang dihadapi Thailand tak hanya memicu pemangkasan target PDB, namun memberikan sinyal kepada Bank of Thailand untuk kembali mengerek naik suku bunga acuan menuju level tertingginya.
“Dengan inflasi di bawah target dan pemulihan ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda goyah, kami percaya Bank of Thailand tidak mungkin memberikan kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini," kata Shivaan Tandon, ekonom Asia yang sedang berkembang di Capital Economics
Sebagai informasi, Bank Sentral Thailand selama setahun terakhir diketahui telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tujuh kali, hingga naik jadi tertinggi dalam Sembilan tahun terakhir.
Kendati pengetatan moneter kali ini dapat memicu lonjakan suku bunga di perbankan lokal, dan membuat bunga dana pinjaman ikut melesat naik. Namun bank sentral Thailand berdalih langkah ini perlu diambil guna menjinakkan inflasi pangan dan energi agar tidak terus melambung ke kisaran harga tertinggi.
"Kebijakan moneter harus diambil untuk menjaga inflasi berada pada kisaran target secara berkelanjutan dan mendorong stabilitas keuangan makro jangka panjang, dengan mencegah akumulasi ketidakseimbangan finansial yang berpotensi muncul di lingkungan suku bunga rendah dalam waktu lama," jelas Bank sentral Thailand.