Pemerintah Tak Satu Suara Soal Penyebab Utama Polusi Udara Jakarta, PLTU atau Kendaraan Bermotor?
Terdapat beberapa PLTU batu bara yang memiliki jarak terdekat dari ibu kota, seperti PLTU barubara di Banten.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah saat ini tidak satu suara terkait penyebab utama yang membuat buruknya kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia berpendapat, buruknya kualitas udara di Jakarta dipicu oleh keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Seperti yang diketahui, terdapat beberapa PLTU batu bara yang memiliki jarak terdekat dari ibu kota, seperti PLTU barubara di Banten.
Baca juga: Menteri Suharso Buka Suara Soal PLTU Disebut Penyebab Parahnya Polusi Udara di Jakarta
"Sekarang di Jakarta salah satu polusi udara terjelek di dunia karena PLTU batubara kita," ujar Bahlil dalam acara Diskusi di Universitas Diponegoro Semarang, yang kembali ditulis Selasa (22/8/2023).
Selain itu, Bahlil menyebut sumber polusi di ibu kota juga berasal dari tingginya intensitas kendaraan bermotor.
Untuk itu, diharapkan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) bisa menjadi solusi untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.
"Ke depan, orang semua memakai mobil listrik, karena itu mobil baterai listrik dan Indonesia kita dorong untuk menjadi salah satu negara produsen ekosistem baterai mobil terbesar di dunia," katanya.
Pengamat Pajak Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar mendesak pemerintah untuk segera mengenakan pajak karbon di Indonesia.
Ia bilang, pajak karbon harus dapat diimplementasikan secara terbatas bagi PLTU yang menggunakan batubara paling lambat di tahun 2024.
"Dengan tekanan publik atas buruknya kualitas udara di beberapa kota di Indonesia, kami mendorong pemerintah untuk mempercepat implementasi pajak karbon," kata Fajry.
Nah, dengan pajak karbon, maka PLTU batubara akan terdorong untuk berinovasi dan menggunakan teknologi terkini untuk mengurangi emisi yang dihasilkannya.
Daftar PLTU Dekat Jakarta
1. PLTU Lestari Banten Energi PLTU milik swasta itu terletak di Ibu Kota Provinsi Banten, Serang dengan kapasitas 670 Megawatt (MW).
2. PLTU Suralaya unit 1-7 PLTU Suralaya terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten atau persisnya 7 kilometer arah timur laut dari Pelabuhan Merak.
3. PLTU Suralaya unit 8 PLTU berkapasitas 625 MW terletak di Desa Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten.
4. PLTU Labuan unit 1-2 PLTU berkapasitas total 600 MW untuk pasokan listrik pada sistem Jawa Bali.
5. PLTU Merak Power Station unit 1-2 PLTU Merak Power Station terletak di Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten berkapasitas 120 MW.
6. PLTU Lontar unit 1-3 PLTU Lontar terletak di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang, Provinsi Banten.
Baca juga: Wamen BUMN: LRT Jabodebek Solusi dari Masalah Polusi di Jakarta
7. PLTU Lontar Extension Unit 4 PLTU Lontar Extension Unit 4 mampu menghasilkan listrik sebesar 315 MW untuk memasok listrik Jawa Bagian Barat.
8. PLTU Babelan unit 1-2 PLTU Babelan berkapasitas 280 MW. PLTU tersebut telah dilengkapi dengan sistem biomassa pada 2021
9. PLTU Pindo Deli dan Paper Mill II PLTU yang terletak di Karawang, Jawa Barat memiliki kapasitas 50 MW
10. PLTU Pelabuhan Ratu unit 1-3 PLTU Pelabuhan Ratu berada di Kabupaten Sukabumi memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.050 MW.
Salahkan Kendaraan Bermotor
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Luckmi Purwandari mengaku pihaknya telah melakukan kajian dan hasilnya adalah penyebab polusi di Jakarta bukanlah PLTU melainkan sektor transportasi.
"Kalau dilihat di website copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan bagaimana nitrogen dioksida di udara itu seperti apa."
"Namun, data yang ada menunjukkan arah angin bukan menuju Jakarta, berbeda dengan gambar simulasi yang beredar di masyarakat," ujarnya dalam keterangannya, Rabu (16/8/2023).
"Dari berbagai riset beberapa tahun terakhir, pembuangan emisi dari sektor transportasi menjadi sumber utama polusi, disusul oleh industri," sambung Luckmi.
Luckmi menambahkan bahwa selama tiga bulan terakhir, riset menunjukkan bahwa setiap periode Juni-Agustus atau pada musim kemarau di mana angin muson timur bertiup, risiko kualitas udara yang buruk meningkat dibanding periode lain.
"Mengacu pada data Kementerian LHK, dari 2018 hingga 2023 berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan bahwa rata-rata kualitas udara di Jakarta tidak sehat, terutama pada bulan-bulan sekarang ini," katanya.
Ada banyak faktor penyebab polusi udara di Jakarta, baik alami maupun tidak alami.
Luckmi menekankan bahwa faktor-faktor yang bisa dikendalikan berasal dari aktivitas manusia seperti sektor transportasi, industri, kegiatan rumah tangga, hingga pembakaran sampah.
Namun, ada faktor alami yang sulit dikendalikan, seperti musim, arah dan kecepatan angin, serta lanskap kota Jakarta.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah berharap publik mampu mengendalikan penggunaan transportasi pribadi guna mengurangi polusi.
"Mengendalikan penggunaan transportasi pribadi sangat penting bagi kesehatan masyarakat," pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan Executive Vice President (EVP) Operasi Sistem Ketenagalistrikan PLN Dispriansyah.
Ia menilai buruknya kualitas udara di Jakarta tidak disebabkan oleh keberadaan industri dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batubara.
Dispriansyah mengatakan, industri PLTU di sekitar Jakarta sudah beroperasi sejak puluhan tahun. Bahkan kata dia, saat pandemi Covid-19 keberadaan PLTU tak memengaruhi kualitas udara Jakarta.
"Itu (PLTU) sudah lama, jadi tidak ada hubungannya yang sekarang ini (polusi udara) dengan PLTU. PLTU beroperasi itu dulu zamannya pandemi covid-19 dia juga beroperasi terbukti enggak ada masalah polusi itu," kata Dispriansyah saat ditemui di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Dispriansyah menilai, penyumbang polusi udara di Jakarta saat ini adalah sektor transportasi. Ditambah, kata dia, cuaca Jakarta tengah kemarau.
"Menurut saya pribadi bukan karena saya orang PLN ya, ini (polusi udara) karena transportasi yang membuat kondisi saat ini. Ditambah cuaca lebih panas, debu itu berterbangan," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.