Tren Penjualan Alat Berat di 2023 Bakal Menurun Karena Tahun Politik dan Harga Komoditas Melemah
Untuk United Tractors sendiri penjualan alat beratnya, yakni dengan merek Komatsu, sukses mencapai angka 5.753 unit pada 2022.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren penjualan alat berat pada tahun ini diperkirakan bakal melemah, alias tak secemerlang dibandingkan pada 2022.
Investor Relation PT United Tractors Tbk (UNTR), Ari Setiawan membeberkan, hal ini disebabkan faktor tahun politik, turunnya harga komoditas, serta menurunnya aktivitas konstruksi di Tanah Air.
"Bagaimana prediksi di 2023? beberapa sumber memperkirakan market alat berat, tahun ini diperkirakan tidak setinggi 2022," ucap Ari di Kantor United Tractors Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Baca juga: Tingkatkan Pendidikan Berkualitas, United Tractors Selenggarakan Rakorda SOBAT Area Makassar
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan penjualan tidak lebih tinggi dari 2022. Pertama, penjualan alat berat akan lebih rendah jelang pemilu. Terutama penurunan dari sektor konstruksi. Kedua, penurunan harga komoditas," sambungnya.
Padahal, lanjut Ari, 2022 merupakan salah satu tahun emas penjualan alat berat di Indonesia.
Terbukti, sepanjang tahun lalu penjualan alat berat di Indonesia dikisaran angka 20.000 unit.
Untuk United Tractors sendiri penjualan alat beratnya, yakni dengan merek Komatsu, sukses mencapai angka 5.753 unit pada 2022.
"Asosiasi alat berat dan manajemen United Tractors memprediksi pada 2022, total penjualan alat berat Indonesia tercatat diperkirakan lebih dari 20 ribu unit. Ini rekor tertinggi penjualan alat berat. 2022 adalah tahun emas industri alat berat," ucap Ari.
Ia melanjutkan, target penjualan United Tractors tahun ini setidaknya bisa dipertahankan atau sedikit lebih tinggi. Yakni di angka 5.800 sampai 6.000 unit.
Sebagai informasi, sektor pertambangan dan kehutanan atau perkebunan merupakan sektor yang paling berkontribusi besar dalam penjualan alat besar di Tanah Air.
"Hingga Juni 2023 pertumbuhan masih positif, 4 persen jadi 3.551 unit. Peningkatan didorong peningkatan penjualan sektor pertambangan dan perhutanan," pungkasnya.