Rusia Ketiban Berkah Larangan Impor Seafood China Dari Jepang
Rusia berharap dapat meningkatkan ekspor produk kelautannya ke China usai adanya larangan impor makanan laut dari Jepang imbas pelepasan limbah nuklir
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Rusia berharap dapat meningkatkan ekspor produk kelautannya ke China usai adanya larangan impor makanan laut dari Jepang imbas pelepasan limbah nuklir Fukushima ke laut.
Rusia sendiri merupakan eksportir produk kelautan terbesar untuk China, di mana sekitar 894 perusahaan Rusia diizinkan mengekspor makanan laut ke Negeri Tirai Bambu, menurut badan pengawas keamanan pangan setempat (Rosselkhoznadzor).
Data yang dirilis Badan Perikanan Rusia menunjukkan negara itu telah mengekspor 2,3 juta metrik ton produk kelautan senilai sekitar 6,1 miliar dolar AS pada 2022, sekitar setengah dari keseluruhan tangkapan mereka, dengan China, Korea Selatan, dan Jepang menjadi importir terbesar
Baca juga: Pemerintah Minta China Hentikan Pelecehan Yang Dilakukan Terhadap Rakyat Jepang
“Pasar Tiongkok secara umum menjanjikan untuk produk ikan Rusia. Kami berharap dapat meningkatkan jumlah perusahaan dan kapal Rusia yang bersertifikat, volume produk dan jangkauannya,” kata Rosselkhoznadzor dalam sebuah pernyataan.
Untuk membantu upaya tersebut, Rosselkhoznadzor berencana untuk melanjutkan dialog dengan China mengenai masalah keamanan makanan laut dan menyelesaikan negosiasi dengan regulator setempat mengenai peraturan pasokan produk laut Rusia ke negara tersebut.
China Larang Impor Seafood Jepang
Beberapa jam usai Jepang memutuskan untuk mengizinkan pelepasan 1,18 juta ton air olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, Pemerintah China langsung mengambil tindakan dengan melarang impor seafood dari Negeri Sakura.
Beijing mengatakan pihaknya akan “secara dinamis menyesuaikan langkah-langkah peraturan yang relevan untuk mencegah risiko pembuangan air yang terkontaminasi nuklir terhadap kesehatan dan keamanan pangan warganya”.
Meski demikian, Jepang telah meminta China untuk segera mencabut larangan tersebut.
“Kami akan terus meminta agar pemerintah China secara tegas melakukan diskusi ilmiah,” kata Fumio Kishida, Perdana Menteri Jepang sembari berjanji untuk melindungi industri perikanan dari kerusakan reputasi akibat hal tersebut.