Bawa Dua Produsen Baterai Besar di Dunia ke Indonesia, Bahlil Cerita Pernah 'Adu' CATL dan LG
Kisah ini bermula ketika Bahlil menawarkan ke Presiden Jokowi agar Indonesia mulai konsisten menjalankan ekosistem baterai mobil listrik.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bercerita pernah "mengadu" dua produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, CATL dari China dan LG dari Korea Selatan.
Kisah ini bermula ketika Bahlil menawarkan ke Presiden Jokowi agar Indonesia mulai konsisten menjalankan ekosistem baterai mobil listrik.
Tawaran itu Bahlil layangkan karena belajar dari kesalahan saat Indonesia menjadi salah satu pengekspor minyak, tetapi gagal karena tak ada hilirisasi yang dijalankan.
Baca juga: Stellantis dan Samsung Umumkan Lokasi Gigafactory Baterai Kedua
"Enggak ada hilirisasi, hancur. Sekarang kita impor 850 ribu barel per day karena konsumsi kita 1,5 jt, kemudian produksi kita cuma 650 ribu. Selebihnya kita impor. Sudah impor, subsidi pula," kata Bahlil dalam acara diskusi di Jakarta, dikutip pada Rabu (30/8/2023).
Kedua, Bahlil ingin mendorong pembangunan ekosistem baterai karena ia yakin produsen besar mobil listrik di dunia pasti akan berinvestasi di Indonesia.
"Kita mulai dari mana waktu itu? Kita buat kompetisi yang sehat antara Korea dan China karena pemain baterai terbesar di dunia itu cuma CATL dari China dan LG dari Korea. Saya adu saja," ujarnya.
Bahlil juga mengatakan Indonesia memiliki mayoritas komponen dari baterai kendaraan listrik, yaitu nikel, mangan, dan cobalt. Hanya lithium yang tidak ada.
"Sangat tidak masuk akal dalam kalkukasi matematikan ekonominya ketika industri yang sama dibangun negara lain, dia lebih kompetitif dibanding kita. Karena (kita) pasti punya biaya produksi lebih murah," ujarnya.
Akhirnya saat itu, kata Bahlil, LG berhasil "memenangkannya" dengan lebih dulu melakukan tanda tangan kesepakan investasi dengan konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC) dan salah satu BUMN senilai 9,8 miliar dolar AS.
Bahlil berujar, itu adalah salah satu investasi terbesar usai reformasi yang pernah Indonesia dapatkan.
Adapun kesepakatan tersebut langsung melibatkan presiden kedua negara, yakni Jokowi dan Moon Jae-in.
Baca juga: Stellantis dan Samsung SDI Akan Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Kedua di Amerika Serikat
"Sekarang ini, ekosistem baterai ini di bulan Februari tahun depan, ini sudah produksi. 10 GWh. Di Karawang. Nah untuk katoda pre kursornya, itu akan dibangun di Batan, kemudian smelternya sampai HPAL itu akan dibangun di tempat tambang, yaitu di Maluku Utara. Ini adalah kolaborasi pertama membangun ekosistem baterai mobil dari hulu ke hilir. Itu di kita," ujar Bahlil.
"Itu Antam kemudian IBC, kemudian Foxconn, Huayou, dan LG. Mereka bikin konsorsium dan sekarang hilirnya sudah selesai. Battery cell-nya. Hulunya masih ada sedikit mau diberesin. Itu untuk LG. Dia ini pemasok nomor dua terbesar di dunia," tuturnya.
Sedangkan untuk CATL, Bahlil mengatakan produsen baterai asal China ini juga sedang memulai konstruksi proyek di hulu dengan nilai investasi mencapai 6 miliar dolar AS.
Bahlil kemudian mengatakan bahwa investasi dari China dan Korea ini juga dimiliki oleh pemerintah Indonesia.
Ia menyebut 51 persen saham hulu di tambangnya milik BUMN, kemudian di prekursor, katoda, battery cell, dan HPAL rata-rata 25-30 persen milik BUMN.
"Jadi saya ingin mengatakan bahwa investasi ekosistem baterai mobil tidak dikuasai oleh asing, tapi kita memanfaatkan teknologi dan market asing," ujar Bahlil.