Harga Bawang Merah Anjlok Petani Rugi, Bapanas Bakal Optimalkan Peran Offtaker Untuk Serap Produksi
Arief mendorong hasil panen bawang merah ini agar dapat disimpan dalam rangka penguatan cadangan pangan.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga bawang merah di tingkat petani tengah melesu.
Guna mengatasi penurunan ini, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong penyerapan produksi petani dengan mengoptimalkan peran BUMN Pangan sebagai offtaker.
Selain itu, Bapanas juga mendorong kolaborasi dengan asosiasi dan swasta seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) untuk menyerap hasil panen petani bawang merah di beberapa wilayah.
Baca juga: Update Harga Pangan 24 Agustus 2023 : Harga Beras, Gula, hingga Cabai Melonjak
Arief mengatakan, upaya ini penting dilakukan untuk melindungi petani bawang merah dari risiko kerugian dan menjaga petani tetap semangat untuk berproduksi.
“Tentunya ini untuk membantu para petani kita agar tidak merugi, tetap berproduksi, dan menjaga psikologis pasar,” kata Arief dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, dikutip pada Rabu (30/8/2023).
Diketahui, harga bawang merah konde basah di tingkat petani Kabupaten Nganjuk menyentuh level Rp 11.000-13.000/kg dengan estimasi luas panen bawang merah pada Juli-Desember 2023 sekitar 5.000 hektar dan provitas rata-rata mencapai 15 ton/ha.
Angka tersebut berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) bawang merah di tingkat produsen sebesar Rp 18.500-20.000/kg sebagaimana diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 11 Tahun 2022.
Bapanas mengatakan akan terus memprioritaskan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bawang merah pada sentra-sentra produksi, terutama di masa panen raya seperti saat ini.
Hal itu sejalan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar produktivitas dan pendapatan para petani bawang merah dapat selalu terjaga dengan memastikan adanya offtaker untuk kepastian harga bagi petani.
Baca juga: Lewat Program Makmur, Akses Pupuk dan Permodalan untuk Petani di Karawang Bakal Dipermudah
“Penyiapan offtaker bawang merah dari BUMN pangan maupun swasta untuk menyerap produksi nasional merupakan langkah mitigasi yang kita lakukan, sehingga para sedulur petani kita tidak berhenti berproduksi karena ada kepastian pasar," ujar Arief.
Selain itu, mengingat bawang merah termasuk komoditas pangan perishable atau mudah rusak, sehingga memerlukan cold storage yang memadai sebagai bagian dari sistem rantai pasok dingin dan ini dilakukan agar dapat memperpanjang masa simpan produk pangan.
Maka dari itu, Arief mendorong hasil panen bawang merah ini agar dapat disimpan dalam rangka penguatan cadangan pangan.
Serta, untuk stabilisasi pasokan dan harga bawang merah di daerah-daerah defisit atau mengalami kelangkaan pasokan.
"Kami upayakan bersama BUMN, BUMD, dan para pelaku usaha untuk menyerap hasil panen petani bawang merah sesuai HAP untuk disimpan dalam cold storage dan reefer container yang sudah kita siapkan. Kalau sudah distok, sudah punya cadangan, tapi masih lebih lagi, kita dorong ekspor," imbuh Arief.
Arief mengatakan ekspor bawang merah akan terus dilanjutkan oleh offtaker swasta dengan tujuan ke beberapa negara tetangga antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.