Kisah Jatuh Bangun Pelaku UMKM Asal Bali Bangun Pabrik Produk Organik
Meski lokasi produksi di wilayah pelosok, Ketut senang karena kini banyak yang ingin datang ke pabrik dan melihat proses produksi produk Bali Pure.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - I Ketut Sumayana selama delapan tahun membangun usahanya, Bali Pure, yang memproduksi berbagai produk organik.
Delapan tahun dengan berbagai cerita dan kisah perjalanan yang panjang diawali dengan proses produksi dilakukan di garasi mobil pinjaman di Desa Sembiran, Buleleng, Bali.
Ia mengisahkan, wilayah ini dipenuhi dengan perkebunan kelapa. Biasanya, kelapa-kelapa hasil panen dijual dengan harga murah karena tidak diolah.
Baca juga: UMKM Indonesia Harus Terus Naik Level, Ibas Berharap Bisa Membantu Memperluas Pasar UMKM
Hal ini membuat Ketut berpikir untuk membuat terobosan sehingga bisa meningkatkan pendapatan para petani kelapa di wilayahnya.
“Saya lihat, penghasilan petani kelapa itu kurang. Jadi saya inisiasi bikin minyak kelapa murni, virgin coconut oil. Dari modal Rp 300.000, produksi di garasi mobil rumah teman yang kami pinjam,” kata Ketut dalam catatannya, Rabu (30/8/2023).
Bukan awal perjuangan yang mudah karena ia harus berhadapan dengan banyak penolakan saat menawarkannya ke sejumlah resort.
Merek produknya belum dikenal dan masih dengan kemasan sederhana. Namun, ia tak putus asa.
“Dalam enam bulan pertama baru menghasilkan sekitar Rp 3,8 juta. Ada kecewa, tapi saya tidak putus asa. Tuhan masih menghendaki saya melanjutkan bisnis ini. Lama kelamaan omzet naik. Ini makin bikin saya semangat,” ujar Ketut.
Meski lokasi produksi di wilayah pelosok, Ketut senang karena kini banyak yang ingin datang ke pabrik dan melihat proses produksi produk Bali Pure.
“Bahkan, ada tamu dari Pecatu yang harus berkendara 3-4 jam hanya ingin melihat produksi kami. Saya senang sekali,” lanjut dia.
Pada 2018, dari hasil penjualan Bali Pure yang semakin meningkat, Ketut bisa membeli lahan. Di atas lahan seluas 20 are itu, ia membangun pabrik Bali Pure pada 2019. Pabrik itu dibangun dengan standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
MNamun, proses pembangunan pun tak berjalan mulus, karena dunia dihantam pandemi Covid-19.
Pembangunan pabrik yang dihentikan pada 2020, dilanjutkan kembali pada 2021, dan telah beroperasi hingga saat ini.
“Dan sekarang Bali Pure seperti minyak VCO sudah legalisasi izin edar BPOM. Empat bulan lalu, keluar izin BPOM untuk kosmetik golongan B,” urainya.
Hingga kini Ketut sudah bisa memproduksi produk-produk Bali Pure di pabriknya sendiri.
Produk-produk Bali Pure kini diproduksi di sebuah pabrik dengan luas 168 meter persegi yang berlokasi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali.
Kisah Bali Pure pun bertambah kaya setelah mendapatkan kesempatan dari Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) untuk berpartisipasi dalam Wellness Food Japan 2023 di Tokyo Big Sight, Jepang, awal Agustus 2023.
SETC merupakan program pemberdayaan UMKM yang digagas PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia” (SUI).
“Saya senang bisa ikut Wellness Food Japan 2023, dan sangat bersyukur bisa terpilih. Pas awal tahu terpilih ikut pameran ini, nge-blank, terkejut. Kayak mimpi, keren abis. Susah diceritakan dengan kata-kata. Berkat Sampoerna, saya bisa memperkenalkan Bali Pure ke luar Indonesia,” kata Ketut.
Dalam pameran ini, Bali Pure membawa berbagai produk unggulannya, seperti virgin coconut oil (VCO), minyak pijat, dan sabun yang dibuat dari minyak kelapa.
Bagi Ketut, pengalaman mengikuti Wellness Food Japan 2023 ini menjadi jalan untuk membuka pasar Bali Pure di Negeri Sakura.