SKK Migas: Lonjakan Impor BBM Hingga Tembus Ratusan Triliun Per Tahun Bikin Negara Tak Produktif
Apabila nilai impor migas Indonesia mncapai Rp300 triliun, angka ini setara dengan 10 persen anggaran belanja negara.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat kebutuhan impor migas nasional masih sangat tinggi, terlihat dari ratusan triliun uang negara yang dibelanjakan untuk keperluan tersebut.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, apabila nilai impor migas Indonesia mncapai Rp300 triliun, angka ini setara dengan 10 persen anggaran belanja negara yang berkisar Rp3.000 triliun.
Nanang menilai, persentase di atas merupakan angka yang besar.
"Laporan tahun lalu Ibu Menteri Keuangan menyampaikan impor migas ini mencapai Rp300 triliun, kalau Anggaran Pendapatan dan Belanja kita Rp3.000 triliun ya berarti 10 persennya. Sesuatu yang tidak produktif," ungkap Nanang di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Salah satu upaya yang dilakukan SKK Migas, lanjut Nanang adalah menggenjot produksi migas nasional.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah berupaya meningkatkan produksi migas nasional demi tercapainya target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD).
"Kenapa harus meningkatkan produksi? Karena memang sudah tidak ada pilihan. Target kita itu memang harus bisa," tegas Nanang.
Untuk mencapai target yang dimaksud, diperlukan investasi sebesar 186,7 miliar dolar AS hingga 2030. Angka tersebut setara Rp2.863 triliun (asumsi kurs Rp15.340 per dolar AS).
Baca juga: Menteri ESDM Ajak Negara Asean Percepat Transisi Energi dan Kurangi Impor BBM
SKK Migas mencatat investasi sektor hulu migas di Indonesia mengalami tren positif. Nanang mengungkapkan, realisasi investasi sektor hulu migas tembus 12,3 miliar dolar AS pada 2022, atau naik 13 persen.
Sementara tahun ini, investasi hulu migas ditargetkan mencapai 15,5 miliar dolar AS atau lebih tinggi 26 persen dibanding realisasi 2022.
Baca juga: Penjualan Mobil Listrik di GIIAS 2022 Tembus 1.200 Unit Lebih, Menperin: Kurangi Beban Impor BBM
Target tersebut juga tercatat lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global yang sebesar 6,5 persen.
Meski iklim investasi terus membaik, lanjut Nanang, Indonesia masih harus bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investor.
“Hingga 2030 secara rata-rata dibutuhkan investasi sebesar 18 miliar dolar AS per tahun. Realisasi investasi dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang terus meningkatkan menunjukkan, saat ini iklim investasi hulu mgias di Idnonesia terus membaik," ucap Nanang.
"Namun harus terus diperbaiki dan ditingkatkan karena saat ini Indonesia masih menempati peringkat 9 dari 14 negara di Asia Pasifik dari segi daya tarik investasi,” pungkasnya.