Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Biaya Logistik di Indonesia Mengalami Penurunan 40 Persen Dalam Lima Tahun

Pada 2022, realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, di atas target sebesar Rp1.200 triliun.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Biaya Logistik di Indonesia Mengalami Penurunan 40 Persen Dalam Lima Tahun
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Pada 2022, realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, di atas target sebesar Rp1.200 triliun. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Biaya logistik di Indonesia tercatat mengalami penurunan 40 persen dalam lima tahun terakhir.

Berdasarkan perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia pada 2022 mencapai 14,29 persen dan biaya logistik untuk kegiatan ekspor malah sudah tinggal 8,98 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2018, Bank Dunia mencatat, biaya logistik di Indonesia masih 23,8 persen.

“Biaya logistik dihitung berdasarkan realisasi perekonomian Indonesia sampai Tahun 2022,” kata Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi, ditulis Rabu (20/9/2023).

Baca juga: MTI: Terkait ODOL, Kurangi Beban Jalur Darat, Tol Laut dan Kereta Api Perlu Dioptimalkan

Perhitungan biaya logistik ini merupakan hasil kolaborasi Bappenas, Kementerian Perekonomian, Badan Pusat Statistik (BPS), kalangan perguruan tinggi, dan para pelaku usaha.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, trend investasi di Indonesia dalam empat tahun terakhir terus meningkat dan selalu melampaui target.

Pada 2019, dengan target Rp792 triliun, realisasi investasi mencapai Rp809 triliun. Pada 2022, realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, di atas target sebesar Rp1.200 triliun.

Berita Rekomendasi

Namun, menurut Suharso, investasi di Indonesia masih menghadapi kendala ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang tinggi, yakni berkisar di angka 6. Indeks ini merujuk pada efisiensi di sektor investasi.

Makin tinggi ICOR, investasi makin tidak efisien. Angka tersebut juga yang tertinggi di antara negara-negara pesaing di ASEAN.

“Salah satu penyebab ICOR kita yang masih tinggi ada di logistik,” kata Suharso.

PT Pelindo (Persero) menyambut baik perhitungan baru yang menghasilkan angka biaya logistik yang sudah jauh lebih rendah dibandingkan posisi 2018.

Setelah merger, Pelindo kemudian membentuk empat subholding atau anak usaha. Transformasi di level operasional langsung dilaksanakan anak-anak usaha.

Beberapa langkah yang dilakukan antara lain memperpendek waktu sandar (port stay) dan masa tinggal kontainer di terminal (cargo stay), menyatukan sistem pelayanan dan pembayaran melalui aplikasi online dan digital.

Tujuannya adalah untuk mengefisienkan operasional di pelabuhan, yang pada akhirnya akan menguntungkan Pelindo dan para pengguna jasa kepelabuhan dan terminal.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas