Kontroversi Tiktok Shop dan Dampaknya terhadap Brand Lokal
Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim Think with Hypefast, 67 persen brand lokal telah memiliki akun TikTok Shop
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Erik S
Kehadiran agensi ini membantu brand lokal yang belum siap membangun studio sendiri atau merekrut tim internal, untuk mengoptimalkan strategi mereka dalam live shopping dan mampu bersaing dengan pebisnis lokal lain.
"Tren live shopping di Indonesia, khususnya TikTok Shop, tahun ini memang meningkat pesat, baik dari sisi penjual maupun pembeli," CEO dan Co-Founder platform dropshipper Selleri, Jayant Kumar.
Baca juga: Cerita Pedagang Gulali Jualan di TikTok, Pernyataan Menkop Teten Soal Monopoli Membuatnya Heran
“Kehadiran Tiktok Shop menjadi ‘lapak baru’ bagi UMKM untuk dapat berkompetisi langsung dengan brand besar secara kreatif, lewat suguhan konten yang lucu dan menarik. Ini adalah bentuk tantangan bagi pelaku bisnis brand lokal untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan digital dan perilaku konsumen yang menyertainya."
CEO dan Pendiri Social Bread Indonesia Edho Zell juga memberikan pandangannya mengenai fenomena melonjaknya popularitas TikTok Shop.
“Sesi live shopping telah mendemokratisasikan peluang bagi usaha kecil dan brand lokal agar dapat menjangkau dan berinteraksi langsung dengan konsumen secara real-time,” jelasnya.
Dalam konteks yang lebih luas, fenomena live shopping baik di platform media sosial seperti TikTok Shop maupun Instagram dan Facebook yang telah lebih dahulu mempopulerkan cikal bakal social commerce, atau di platform online marketplace seperti Shopee dan Tokopedia, mencerminkan bagaimana teknologi dan media sosial terus mengubah lanskap bisnis tradisional.
Meskipun TikTok Shop menawarkan keunikan yang membukakan peluang baru bagi brand lokal untuk dapat menjangkau audiens lebih luas, khususnya kalangan yang lebih muda, namun ada tantangan nyata yang datang bersamanya.
Persaingan yang sangat ketat dan seringkali mengakibatkan penurunan keuntungan dibanding tempat penjualan lain, menunjukan bahwa adaptasi dan inovasi teknologi adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di era digital ini.
CEO dan Founder Hypefast, Achmad Alkatiri menambahkan, pihaknya sebagai house of brand berbasis teknologi memahami pentingnya mendukung pebisnis lokal dari berbagai skala dalam menavigasi perubahan ini.
“Baik pelaku UMKM, pendiri brand lokal, dan stakeholder lainnya, harus melihat bahwa teknologi dan inovasi sejatinya hadir untuk mendukung, bukan menghambat, pertumbuhan dan kesuksesan UMKM di Indonesia. Kami di Hypefast percaya bahwa dengan kolaborasi, edukasi, dan adaptasi strategi yang tepat, brand lokal Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi, sambil tetap menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis mereka,” ujarnya.