Menteri BUMN: Untuk Cegah Penimbunan Beras, Impor dan Produksi Harus Satu Data
Erick Thohir menekankan, harus ada data yang selaras antara produksi beras dan impor beras, tidak boleh ada area abu-abu.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan pemerintah dan lembaga terkait akan memberantas oknum yang kedapatan menimbun beras di tengah membumbungnya harga beras di pasar ritel belakangan ini.
Dia menekankan, harus ada data yang selaras antara produksi beras dan impor beras, tidak boleh ada area abu-abu di antaranya. Area abu-abu itu, menurutnya, bisa dimanfaatkan oleh orang yang ingin mencari keuntungan sesaat.
"Jadi, saya sebagai menteri BUMN terus mendorong agar impor dan produksi harus satu data, tidak boleh beda data," kata Erick di sela peninjauan stok dan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).
"Kasihan rakyat, kasihan petani. Kalau pemainnya ya begitu saja, selalu cari uang cepat, nah ini harus diberantas. Sudah waktunya kita berantas mereka," lanjutnya.
Wakasatgas Pangan Kombes Pol Samsul Arifin mengatakan, pihaknya selalu mengawal distribusi dan harga beras bersama Bulog dan Kementerian Pertanian.
Ia mengatakan, Satgas Pangan Polri sudah beberapa kali melakukan penindakan. Ada yang tertangkap mengoplos beras premium dan medium.
Modus mencampur beras premium dan medium itu dilakukan oleh seorang oknum dengan menaikkan harga beras campuran menjadi harga beras premium.
Baca juga: Ritel Batasi Pembelian Beras, Bapanas: Hanya Untuk Beras SPHP
"Kemudian juga penimbunan. Kalau terjadi penimbunan, stoknya menurun di pasar, harganya juga ikut naik," ujar Samsul.
Erick pun kemudian berkelakar bahwa wasit yang terlibat pengaturan skor pertandingan saja bisa tertangkap, apalagi menangkap penimbun beras. "Wasit saja tertangkap, apalagi penimbun beras," katanya.
Dia menambahkan, beras yang dioplos akan sulit dibedakan masyarakat karena sudah dijadikan satu dalam kemasan premium.
Baca juga: Pengamat Peringatkan Harga Beras Sulit Turun hingga Awal 2024, Ini Penyebabnya
"Beras broken 15 dicampur sama broken 5, dijadikan label beras premium. Masyarakat mana mengerti? Orang kita aja yang mengerti jadi enggak mengerti kalau dicampur. Media mengerti enggak kalau dioplos?" Ujar Erick.