Kinerja Keuangan Mulai Membaik Pasca Pandemi Covid, RedDoorz Bidik IPO di 2027
RedDoorz optimistis bisa mencapai Group Break Even Point (BEP) pada kuartal empat 2023 dan meraih EBITDA positif pada tahun 2024
Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pulihnya perekonomian pasca pandemi Covid-19 telah kembali menghidupkan bisnis perhotelan. Hal ini juga terjadi pada RedDoorz, platform multi-brand perhotelan dan akomodasi.
Penyelenggara hotel ini mengklaim telah melayani lebih dari 4 juta pelanggan aktif, pada Juli 2023 berhasil menumbuhkan cash flow operasional positif hingga 4 kali lipat dari periode sebelum pandemi Covid.
Cashflow positif ini didorong oleh efektivitas RedDoorz yang secara signifikan berhasil mengurangi tingkat cash burn rate hingga 70 persen Year on Year (YoY) pada semester I 2023. Hal ini sejalan dengan ambisi RedDoorz untuk mencapai Group Break Even Point (BEP) di akhir 2023.
Baca juga: RedDoorz Umumkan Jajaran Eksekutif Baru di 2022
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mencatat jumlah pergerakan wisatawan domestik di Indonesia hingga pertengahan 2023 sudah mencapai 433 juta orang dari target 1,2 miliar orang.
“Kami yakin pergerakan wisatawan domestik ini masih akan terus meningkat sampai akhir 2023 dan diharapkan berimplikasi pada okupansi hotel RedDoorz dan multi-brand,” jelas VP Operations & Multi-Brand RedDoorz Indonesia Adil Mubarak.
Seiring dengan peningkatan okupansi, RedDoorz juga berhasil menambah jumlah pelanggan loyalnya.
Dengan segala pencapaian selama semester I 2023, RedDoorz optimistis bisa mencapai Group Break Even Point (BEP) pada kuartal empat 2023 dan meraih EBITDA positif pada tahun 2024. Dalam tiga hingga empat tahun ke depan, jumlah properti RedDoorz pun ditargetkan mencapai 8.000.
“Rencana kami berikutnya adalah bisa go public di 2027 karena kami ingin menjadi perusahaan jaringan perhotelan terbesar di Asia Tenggara," pungkas Adil.
Baca juga: Mulai Bangkit di Tengah Pandemi, RedDoorz: 512.000 Kamar Terhuni Sepanjang Oktober 2021
Selama pandemi Covid-19, perhotelan menjadi salah satu industri yang mengalami kerugian terbesar karena bisnisnya mengandalkan pergerakan wisatawan. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) bahkan menyebutkan sebagian besar okupansi hotel anjlok hingga 90 persen saat pandemi.
Pelaku industri perhotelan pun melakukan berbagai macam strategi untuk bisa memulihkan bisnisnya pasca pandemi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat pemulihan hotel berbintang selama periode Agustus 2022 - Agustus 2023 hanya sebesar 3-4 persen saja. Pada periode yang sama, pertumbuhan penjualan kamar RedDoorz meningkat lebih dari 3 kali lipat.
Pertumbuhan pesat pun terjadi pada jumlah properti multi-brand yang dicapai oleh SANS Hotel dan UrbanView. SANS Hotel hadir sejak 2020 dan didesain khusus untuk wisatawan milenial dan Gen-Z kini telah mencapai 50 properti.
UrbanView yang memiliki desain modern dan menjadi hotel multi-brand favorit kalangan menengah ke atas bahkan telah mencapai 200 jumlah properti hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun.
Berbagai peningkatan tersebut tercapai setelah RedDoorz menjalankan berbagai strategi pemulihan pasca Covid-19.
Baca juga: Kasus Covid-19 Turun, RedDoorz Klaim Tingkat Okupansi Membaik
Antara lain, dengan melakukan efisiensi biaya operasional hingga marketing, optimalisasi penggunaan Artificial intelligent (Ai) untuk otomatisasi pelayanan, hingga fokus mengembangkan bisnis pada core market, yaitu Indonesia dan Filipina meningkatkan loyalitas wisatawan domestik di setiap
negara.
Menurut Amit Saberwal, CEO RedDoorz, pasca pandemi perusahaannya lebih fokus menggarap wisatawan domestik untuk menghindari resiko yang sama jika terjadi pandemi lagi.
“Sebelum pademi, banyak hotel-hotel di Asia yang mengandalkan pergerakan turis Tiongkok, namun setelah pandemi kita telah belajar untuk tidak lagi bergantung pada mereka,” ujarnya.