Kemenperin Kejar Dekarbonisasi Industri, Produksi Kendaraan Listrik dan Sumber Energi Jadi Perhatian
Emisi yang dihasilkan kendaraan listrik lebih rendah, yaitu 39 tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e).
Penulis: Lita Febriani
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Kemenperin Kejar Dekarbonisasi Industri, Produksi Kendaraan Listrik dan Sumber Energi Jadi Perhatian](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/agus-gumiwang-imei.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mengungkap sektor industri mengeluarkan 15-20 persen dari total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) nasional.
Dilihat dari sumber emisinya, 60 persen emisi berasal dari penggunaan energi, 25 persen lainnya dari limbah industri dan 15 persen berasal dari Industrial Process and Product Use (IPPU).
Guna menurunkan emisi sektor industri, Kemenperin menjalankan strategi dekar dengan merangkul para stakeholder terkait.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang Sebut Dekarbonisasi Sektor Industri Wajib Dilakukan, Lima Hal Ini Jadi Alasan
"Salah satu langkah untuk mempercepat target Net Zero Emissions (NZE) adalah dengan meminimalkan komponen limbah industri dan IPPU di industri," tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Sementara itu, emisi yang dominan berasal dari penggunaan energi akan terus ditekan jumlahnya dengan meningkatkan sinergi dengan Kementerian/Lembaga lain, serta stakeholder yang berperan penting dalam penyediaan sumber energi yang bersih.
Secara umum, strategi dekarbonisasi di sektor industri terdiri atas pemanfaatan teknologi hemat energi dan rendah emisi, penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), efisiensi energi, air dan bahan baku, juga manajemen limbah dan ekonomi sirkular.
"Kami juga mendorong sektor industri untuk lebih proaktif, sehingga pencapaian target NZE di sektor industri harus bisa tercapai pada tahun 2050, atau 10 tahun lebih cepat dari target NZE nasional pada tahun 2060," ungkap Menperin.
Selain itu, Menperin juga menyoroti produksi kendaraan listrik atau EV hingga ke pemakaiannya oleh konsumen.
Menurut studi Polestar dan Rivian tahun 2021 di Eropa, Amerika Utara dan Asia Pasifik yang dilaporkan pada Polestar and Rivian Pathway Report (2023), selama siklus hidupnya, emisi yang dihasilkan kendaraan listrik lebih rendah, yaitu 39 tonnes of carbon dioxide equivalent (tCO2e), dibandingkan kendaraan listrik hybrid (HEV) sebesar 47 tCO2e dan kendaraan konvensional atau internal combustion engine (ICE) yang mencapai 55 tCO2e.
Life Cycle Emissions menunjukan jumlah total gas rumah kaca dan partikel yang dikeluarkan selama siklus hidup kendaraan mulai dari produksi hingga penggunaan dan pembuangan (disposal).
Tingginya Life Cycle Emissions kendaraan konvensional dan kendaraan listrik hybrid terutama berasal dari faktor emisi gas buang saat pemakaian (tailpipe emissions), masing-masing sebesar 32 tCO2e (57 persen) dan 24 tCO2e (51 persen).
Sementara, pada kendaraan listrik, faktor produksi energi listrik menjadi faktor utama penghasil emisi, yaitu 26 tCO2e (66,7 persen).
Jejak karbon juga terdapat pada produksi baterai kendaraan listrik BEV dan kendaraan listrik hybrid, masing-masing 5 tCO2e dan 1 tCO2e.
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
A member of
![asia sustainability impact consortium](https://asset-1.tstatic.net/img/lestari/esg-regional.png)
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.