Rumah Produksi Kopi di Solok Targetkan Produksi Satu Ton Per Bulan
Rumah produksi kopi di Jorong Kayu Aro, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok menargetkan produksi hingga satu ton per bulan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah produksi kopi di Jorong Kayu Aro, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menargetkan produksi hingga satu ton per bulan.
Saat ini kapasitas produksi baru mencapai 20 kilogram hingga 40 kilogram dalam dua minggu. Sedangkan, permintaan kopi yang masuk mencapai 1 ton grean bean.
Hal itu diutarakan Kepala Cabang Human Initiative (HI) Sumbar, Defri Hanas. HI merupakan mitra pelaksana dari program tanggung jawab sosial PT Tirta Investama atau Aqua Solok.
Program itu, satu di antaranya menelurkan rumah produksi kopi guna membantu petani kopi di sana meningkatkan daya jual dan produksi.
"Target kita adalah satu ton satu bulan. Kita akan hitung berapa produksi kopi di Kayu Aro, jika tidak memenuhi kita akan ambil dari luar," katanya dikutip, Sabtu (28/10/2023).
Dengan adanya rumah produksi ini, petani bisa mengelola ceri kopi merah menjadi grean bean.
Dia menjelaskan, para petani di Kayu Aro dapat menjual langsung hasil panen ke rumah produksi kopi dengan harga yang lebih kompetitif.
Sebelumnya, hasil panen kopi hanya di jual Rp 35 ribu/kg green bean ke pengepul. Sekarang para petani sudah bisa menjual dengan standar kafe menjadi Rp 110 ribu/kg green bean.
"Jadi ada tiga kali lipat peningkatan nilai jual," kata Defri Hanas.
Defri mengatakan, dalam bisnis kopi selama ini yang paling diuntungkan adalah pemain tengah seperti pengepul dan tengkulak. Keberadaan rumah produksi kopi membuat para petani menjadi pemain tengah karena mampu mengelola langsung hasil panen mereka.
Baca juga: Kopi Kenangan Buka Gerai Pertama di Raffles City Singapura
"Jadi akan ada benefit yang lebih besar dan ada value peningkatan nilai ekonomi. Dengan begitu, anggota kelompok sejahtera, petani sekitar jauh sejahtera," katanya.
Dia berharap dengan adanya edukasi masyarakat dalam menanam, merawat hingga memanen kopi mampu meningkatkan ketahanan pangan serta ekonomi petani dan masyarakat sekitar.
Baca juga: Tomoro Ekspansi Gerai Kopi ke China dan ASEAN Akhir Tahun Ini
Kegiatan diharapkan dapat mengispirasi masyarakat lain terpacu juga bertanam kopi sehingga tercipta kawasan kopi.
Ketua Kelompok Tani Kopi Kayu Aro, Dori mengaku sangat terbantu dengan keberadaan rumah produksi tersebut.
Dia mengatakan, manfaat tidak hanya dirasakan oleh kelompok tani saja tetapi juga masyarakat sekitar.
Sebelum ada rumah produksi, para petani kopi di Kayu Aro harus menjual panen mereka jauh ke luar daerah dengan harga murah. Dori mengatakan, keberadaan rumah produksi memudahkan para petani menjual panen kopi dengan mengikuti harga pasar.
"Berapa harga pasaran, kami juga membeli dengan harga segitu," kata Dori. (*/)