Bersiap Hadapi Badai PHK Lagi Imbas Merosotnya Indeks Industri Manufaktur Indonesia
Penurunan produksi biasanya akan sejalan juga dengan pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Selain itu, PHK tersebut bisa juga diakibatkan oleh digitalisasi produksi beberapa perusahaan manufaktur untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi.
"Jadi PHK sporadis ini jika lama-lama terus terjadi tentu akan berujung dengan PHK massal," ujar Ronny dikutip dari Kontan.
"Artinya, perpaduan pelemahan permintaan global, tekanan masif dari produk manufaktur impor, dan digitalisasi sektor manufaktur tentu akan menggerogoti sektor manufaktur kita. Bukan hanya menambah jumlah pekerja yang di PHK," imbuhnya.
Di sisi lain, Ronny juga menyoroti kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) yang semakin menunjukkan tren penurunan.
Padahal, peran sektor industri terhadap perekonomian sangat signifikan lantaran bisa menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dengan kualifikasi pendidikan yang beragam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia tuun menjadi 18,25 persen pada kuartal II-2023.Tren penurunan ini juga terjadi sangat cepat dan berbanding terbalik dengan negara China, Thailand, Malaysia dan Afrika Selatan yang bisa berhasil rebound dengan cepat untuk sektor industri manufakturnya.
"Kontribusi manufaktur terhadap PDB akan terus tertekan, lalu lapangan pekerjaan di sektor manufaktur juga akan semakin mengecil," pungkasnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono tidak menampik bahwa sudah ada pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur, khususnya di industri tekstil.
Sementara, untuk di insutri plastik belum terlihat ada pengurangan tenaga kerja, melainkan hanya mengurangi volume produksi.
"Kalau industri tekstil sudah mulai ada pengurangan (tenaga kerja). Kalau di plastik si masih belum," kata Fajar.
TikTok PHK Karyawan
Di sisi lain, media sosial besutan ByteDance, TikTok dikabarkan tengah bersiap menggelar PHK pada sejumlah karyawan globalnya.
Informasi ini mencuat ke publik usai Wall Street Journal mengabarkan bahwa TikTok meminta para manajer di seluruh dunia untuk memberikan skor lebih rendah kepada anak buahnya dalam penilaian kinerja periodik pegawai.
Saat dikonfirmasi secara langsung pihak TikTok enggan memberikan komentar apapun terkait beredarnya isu ini, namun apabila strategi penilaian tersebut benar direalisasikan maka jumlah pegawai TikTok dengan kinerja di bawah standar melonjak dua hingga tiga kali lipat.
“Penilaian F yang berarti gagal dan I yang berarti tidak selesai. Bila sistem penilaian baru diterapkan semua karyawan di seluruh cabang yang berkinerja rendah berpotensi kena PHK,” jelas juru bicara Wall Street Journal sebagaimana dikutip dari TechAsia.