Bursa CPO Masih Sepi Peminat, Pemerintah Pancing dengan Paket Insentif
Pemerintah akan menyiapkan sejumlah insentif untuk mendorong minat pengusaha kelapa sawit masuk meramaikan bursa CPO Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah akan menyiapkan sejumlah insentif untuk mendorong minat pengusaha kelapa sawit masuk meramaikan bursa CPO Indonesia.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Periode 2022-2023 Didid Noordiatmoko di acara Indonesia Palm Oil Conference 2023 di Nusa Dua Bali, Kamis (2/10/2023) mengatakan, insentif akan beragam wujudnya.
Salah satunya berupa pengurangan kewajiban setoran ke Pemerintah, baik dalam bentuk pajak atau Bea Keluar (BK). "Beberapa kemudahan insentif ini tidak akan secara total menurunkan penerimaan negara," kata Didied.
Format insentif ini menurutnya, masih dalam tahap kajian bersama stakeholder terkait. Mengingat, bursa CPO juga baru saja diterapkan pada bulan lalu.
Fokusnya saat ini adalah memastikan bahwa pelaksanaan bursa CPO berjalan secara fair dan transparan. Dengan demikian, pelaksanaan bursa CPO secara langsung dapat meningkatkan kepercayaan pengusaha untuk memperdagangkan produknya kesana.
"Jadi sambil menunggu bursa ini kredibel sehingga transparansi dan fairness-nya itu diyakini kita juga secara paralel menyusun kajiannya (insentif), baru kita bicarakan lebih intens lagi soal angka-angka yang lebih real," pungkas Didied.
Baca juga: Hampir Dua Pekan Berjalan, Transaksi Bursa CPO Masih Lesu Darah
Sebelumnya Pemerintah telah meluncurkan bursa minyak kelapa sawit atau Bursa CPO pada 13 Oktober 2023 dengan transaksi perdana terjadi pada 20 Oktober 2023.
Hadirnya Bursa CPO Indonesia juga dimaknai sebagai komitmen pemerintah untuk mewujudkan mekanisme perdagangan CPO yang lebih adil serta transparan lantaran harga sawit di Tanah Air tak lagi harus mengekor pada harga yang ditetapkan oleh bursa CPO Malaysia dan Rotterdam, Belanda.
Baca juga: Bursa CPO Resmi Catatkan Transaksi Perdana, Ada 4 Lot yang Diperdagangkan
Melalui Bursa CPO, Indonesia tidak hanya akan memiliki harga acuan sawit sendiri, tetapi juga diharapkan dapat menjadi barometer harga CPO dunia. Hal ini mengingat posisi Indonesia yang memang menjadi penghasil nomor satu CPO di dunia.
Laporan reporter: Lailatul Anisah | Sumber: Kontan