Meleset dari Perkiraan Sri Mulyani, Ekonomi Indonesia Kuartal III Tumbuh 4,94 Persen
Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan investasi yang pesat dinilai merefleksikan kinerja positif industri manufaktur di Indonesia.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,94 persen secara year on year atau tahunan pada kuartal III-2023.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, nilai tersebut justru tak sesuai atau meleset dengan outlook yang selama ini disampaikan oleh Kementerian Keuangan.
Baca juga: Para Ekonom Ragukan Target Pertumbuhan Ekonomi Tiga Capres Bisa Dicapai, Ini Sederet Alasannya
"Kita melihat dari sisi 4,94 persen (pertumbuhan ekonomi) tadi kalau kita lihat dibandingkan outlook yang selama ini Pak Febrio (Kepala BKF) sampaikan," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers PDB Kuartal III, Jakarta Pusat, Senin (6/11/2023).
Bendahara negara itu mengungkapkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pun turut meleset dari perkiraan bahkan lebih rendah dari ekspektasinya.
Adapun berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 52,62 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) dan tumbuh sebesar 5,06 persen secara tahunan.
"Untuk konsumsi yang dikeluarkan oleh BPS memang relatif lebih rendah dari yang kita ekspektasi. Jadi kita melihat consumer confidencenya tinggi, namun translationnya kepada consumption itu ternyata tidak setinggi yang kita harapkan," ucap dia.
"ini perlu kita lihat pengaruhnya apa, apakah psikologis dengan kondisi El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor," sambungnya.
Baca juga: Para Ekonom Ragukan Target Pertumbuhan Ekonomi Tiga Capres Bisa Dicapai, Ini Sederet Alasannya
Meskipun demikian, Sri Mulyani mengatakan terjadi pertumbuhan yang positif terhadap pembentukan modal tetap broto (PMTB) atau investasi.
"Namun kita juga perlu untuk lihat yang bagus dari kuartal III ini adalah PMTB yang meningkat cukup tinggi, ini jauh lebih tinggi dibandingkan yang kita bayangkan yaitu di atas 5,7 persen," ungkap Sri Mulyani.
Kata Sri Mulyani, pertumbuhan investasi yang pesat itu dinilai merefleksikan kinerja positif industri manufaktur di Indonesia.
"Ini mengkonfirmasi dengan tadi, industri manufaktur dan masuknya capital inflow, jadi ini masih sangat positive story dari Indonesia yang kita akan coba untuk jaga terus," tutur dia.