Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kementerian ESDM Ungkap 3 Pilar Utama untuk Pengembangan Hidrogen untuk Transportasi

Kementerian ESDM mengungkap tiga pilar utama pengembangan hidrogen untuk sektor transportasi yang lebih ramah lingkungan

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
zoom-in Kementerian ESDM Ungkap 3 Pilar Utama untuk Pengembangan Hidrogen untuk Transportasi
Istimewa
Toyota Mirai yang ditampilkan di Universitas Gadjah Mada Jogjakarta dalam seminar nasional "Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia". 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap tiga pilar utama pengembangan hidrogen untuk sektor transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Pertama, untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Harapannya hidrogen bisa menggantikan fungsi dari energi fosil.

Kedua, dalam rangka mengejar target upaya transisi energi, Indonesia perlu untuk membentuk pasar hidrogen.

Baca juga: Ahok Dorong Pengembangan Hidrogen Jadi Sumber Energi Kendaraan Ramah Lingkungan

"Ketiga, kita berharap hidrogen ini bisa menjadi satu komoditas ekspor kita, karena kita mempunyai potensi yang cukup besar," tutur Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Andriah Feby Misna dalam seminar nasional Toyota dan Universitas Gadjah Mada "Percepatan pengembangan ekosistem hidrogen di sektor industri dan transportasi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia", Rabu (8/11/2023).

Saat ini, Kementerian ESDM tengah mempersiapkan road map penerapan hidrogen. Akan tetapi, yang sudah diselesaikan di Kementerian ESDM adalah strategi nasional untuk pengembangan hidrogen.

"Saat ini ketergantungan kita terhadap energi fosil itu masih sangat tinggi, sementara kalau kita melihat produksi di dalam negeri untuk energi fosil semakin terbatas, sehingga sebagian dari energi kita impor. Untuk ketahanan dan kemandirian energi kita upayakan untuk bisa melakukan upaya diversifikasi energi dengan menggunakan potensi-potensi energi yang kita miliki," jelas Feby.

Berita Rekomendasi

Di Indonesia, sektor pembangkit listrik menjadi penghasil emisi terbesar, kedua adalah sektor transportasi dan ketiga industri.

Kemudian, konsumsi energi di sektor transportasi Indonesia paling banyak itu di minyak bumi sebanyak 55,88 persen, biodiesel itu 44,05 persen, gas 0,02 persen dan listrik itu 0,05 persen.

"Untuk mengantisipasi keterbatasan dari energi fosil itu maka upaya kita adalah mendorong pengembangan dari hidrogen kedepannya untuk bisa mensupport sektor transportasi," jelasnya.

Jika dilihat proyeksi pasokan kelistrikan dengan target zero emission, untuk hidrogen porsi pemanfaatannya kurang lebih 5-10 persen bagi sektor transportasi.

Untuk sektor transportasi Kementerian ESDM juga dorong penggunaan energi terbarukan lainnya.

"Kita juga mendorong pemanfaatan dari kendaraan listrik yang diharapkan pada tahun 2060 itu 175 juta kendaraan roda dua yang berbasis listrik dan 65 juta roda empat," ucap Feby.

Baca juga: PLN Operasikan Green Hydrogen Plant, Mampu Produksi Hidrogen Hijau 51 Ton Per Tahun

Saat ini hidrogen yang berhasil dimanfaatkan umumnya untuk bahan baku industri pupuk urea, kurang lebih 88 persen, kemudian untuk produksi metanol dan juga industri petrokimia, amonia dan refinery.

Penerapan hidrogen di sektor transportasi ada tiga macam. Pertama melakukan campuran bahan bakar atau blending dengan gas dan hidrogen, contohnya mencampur minyak solar dengan biodiesel.

Kedua Fuel Cell, untuk kendaraan listrik berbasis hidrogen. Ketiga adalah memanfaatkan combustion engine di mana harus menggantikannya menggunakan hidrogen.

"Kolaborasi Triple Helix sangat penting. Jadi harapan kami antara pemerintah, akademisi, lembaga riset maupun badan-badan usaha ataupun industri bisa sama-sama berkolaborasi dalam melakukan berbagai kajian dan juga pilot project untuk bisa mensupport pengembangan hidrogen ini secara komersial," ujarnya.

Sebagai informasi, untuk memproduksi 1 kg hidrogen dibutuhkan listrik sekitar 51 kWh hingga 58 kWh, tetapi saat ini sudah bisa hingga di bawah 40 kWh per-kg hidrogen.

"Riset seperti ini yang akan kita dorong. Semoga bisa menjadi lebih ekonomis," kata Feby.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas