Harga Daging Ayam di Peternak Hanya Rp17.000 Tapi Sampai Pedagang Rp39.000, Ini Biang Keroknya
Selisih harga rata-rata daging ayam ras di tingkat pedagang eceran dengan peternak tercatat sebesar Rp17.000 hingga Rp22.000 per kilogram.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga komoditas daging ayam ras terpantau masih berada di level yang cukup tinggi yakni Rp34.640 per kilogram di tingkat pedagang eceran.
Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, harga komoditas tersebut tercatat senilai Rp39.100 per kilogram.
Padahal, harga ayam di tingkat peternakan di Jawa Timur hanya dikisaran Rp17.000 per kilogram.
Selisih harga rata-rata daging ayam ras di tingkat pedagang eceran dengan peternak tercatat sebesar Rp17.000 hingga Rp22.000 per kilogram.
Baca juga: Harga Daging Ayam di Pasar Tembus Rp35.000 per Kg, di Peternak Cuma Rp17.000
Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi mengatakan, adanya selisih harga yang besar dikarenakan adanya pihak ketiga yakni broker dalam rantai distribusi komoditas tersebut.
"Ini memang ada disparitas. Jadi tingkat keuntungan berada di perantara ini," ucap Sugeng saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (18/11/2023).
"Jadi ada 3 tangan. Dari broker mendistribusikan ke pedagang pengepul, dari para pengepul ini baru dijual ke para pelapak di pasar. Nah ini yang menikmati keuntungan," sambungnya.
Sugeng mengakui, para peternak memang memiliki kendala dalam mendistribusikan barang produksinya ke pedagang pasar.
Sehingga, mau tidak mau para broker ini lah yang menjadi jembatan antara peternakan dengan pasar.
Sugeng mengatakan, salah satu solusi yang dapat dilakukan Pemerintah dalam menjaga kestabilan harga daging ayam ras yakni menghadirkan informasi stok produksi ayam.
Dengan demikian, antara peternak, pedagang pasar, hingga konsumen dapat mengetahui ketahanan stok terkini.
"Jadi memang harus dari dasar dulu terkait dari data memang benar-benar valid sehingga para pelaku tidak kebingungan, semua pihak tapi pemerintah pelaku mampu dan mau menyediakan data yang mendekati benar," pungkasnya.