Tuntut Upah Buruh, Mogok Nasional Disebut Hal yang Lazim, KSPI Bandingkan Aksi di Negara Lain
buruh akan melangsungkan mogok nasional selama dua hari jika permintaan kenaikan upah sebesar 15 persen tidak dikabulkan
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut aksi mogok nasional yang akan dilakukan sebagai suatu hal yang lazim.
Diketahui, buruh akan melangsungkan mogok nasional selama dua hari jika permintaan kenaikan upah sebesar 15 persen tidak dikabulkan. Dua hari itu terjadi di antara tanggal 30 November hingga 13 Desember.
Buruh akan berhenti melakukan produksi di pabrik, lalu melangsungkan aksi unjuk rasa selama dua hari.
Baca juga: Temui Buruh di Tangerang, Ganjar Terima Keluhan Kepastian Bekerja hingga PHK
Said kemudian membandingkan aksi mogok nasional dengan di negara-negara lain.
Baru-baru ini, kata dia, ada serikat buruh otomotif di Amerika Serikat (AS), United Auto Workers (UAW), yang gerakan mogok nasionalnya berhasil.
"Baru-baru ini serikat buruh otomotif Amerika namanya UAW, dia melakukan pemogokan hampir sebulan. Akhirnya apa? Pengusaha mengabulkan, Pemerintah mengabulkan, naik 30 persen upah," kata Said dalam konferensi pers secara daring, Minggu (19/11/2023).
"Jadi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Kementerian Ketenagakerjaan jangan sok-sokan tidak mengerti masalah," lanjutnya.
Kemudian, Said yang juga Presiden Partai Buruh itu membandingkan juga dengan Brasil yang pemerintahannya mengabulkan kenaikan upah.
Baca juga: Serikat Pekerja Bakal Terus Perjuangkan Kenaikan Upah Buruh 15 Persen pada Tahun Depan
Ia mengatakan, kondisi makro ekonomi Brasil yang lebih rendah dibanding Indonesia, justru berhasil menaikkan upah lebih tinggi.
"Contoh yang bagus Brasil karena presidennya dari Partai Buruh. Lula Da Silva. Dia menaikkan (upah) 13 persen, padahal inflasinya 4 persen, pertumbuhan ekonomi sekitar 3 persenan. Tapi dia menaikkan upah 13 persen. Kenapa? karena pemerintahnya Partai Buruh," ujar Said.
Kemudian, ia mengatakan mogok nasional juga dilakukan di Jerman oleh para pekerja maskapai penerbangan Lufthansa di Jerman dan para buruh kereta api dari TGV di Prancis.
"Jadi, ini bukan sesuatu yang tidak lazim. (Ini) lazim," kata Said.
Said mengatakan, berdasarkan hitung-hitungannya, pemerintah RI hanya akan menaikkan upah sekitar 3,2 persen hingga 4,4 persen.
Baca juga: UMP 2024 DKI Jakarta Ditetapkan Hari Ini, Buruh Ancam Mogok Massal Jika Tidak Naik 15 Persen