Ingin Jadi Negara Maju Pada 2045, Chatib Basri: Warga RI Harus Kaya Sebelum Tua
Chatib Basri mengingatkan target menjadi negara maju harus dibarengi juga dengan warganya yang kaya sebelum tua.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Sanusi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian PPN/Bappenas dalam roadmap menuju Indonesia Emas 2045 menargetkan RI bisa menjadi negara maju pada tahun tersebut.
Syarat menjadi negara maju, pertumbuhan ekonomi harus berada pada kisaran angka enam hingga tujuh persen.
Ekonom senior yang juga Menteri Keuangan tahun 2013-2014, Chatib Basri, mengingatkan target menjadi negara maju harus dibarengi juga dengan warganya yang kaya sebelum tua.
Baca juga: Ekonomi China Ngaruh Banget Bagi Indonesia, Melambat 1 Persen, Pertumbuhan RI Merosot 0,3 Persen
Maksud Chatib, jika tidak dibarengi dengan warganya menjadi kaya sebelum tua, pada akhirnya negara harus mengeluarkan dana lebih untuk mereka.
Awalnya, Chatib menjelaskan, RI akan memasuki aging population atau penuaan penduduk pada 2050 mendatang, yang mana disebutnya penduduk ini adalah beban negara.
Beban negara ini adalah masyarakat yang berusia 65 tahun ke atas, orang-orang yang sudah pensiun, pemasukan di hidupnya dari pensiun relatif kecil, tapi dia masih hidup.
"Dia mulai sakit sakit-sakitan, sehingga konsumsi lebih besar dari penerimaan. Dia jadi beban. Itu yang disebut dependency ratio (rasio ketergantungan)," kata Chatib dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Beban rasio ketergantungan, kata dia, akan muncul dari penduduk tua. Ia mengatakan, proporsi penduduk tua akan naik dari 7,6 persen ke 26 persen pada 2050.
Baca juga: Jusuf Kalla: Tidak Mungkin Indonesia Emas 2045 Berjalan Baik, Kalau Hari Ini Tidak Baik
Dengan pertumbuhan ekonomi sekarang sekitar lima persen, berarti pendapatan per kapita pada 2050 mendatang mendekati 30 ribu dolar AS.
Chatib pun membandingkan dengan Jepang dan Korea yang masuk aging population di tahun sebelum pertengahan 80-an.
Ketika itu, Jepang dan Korea masuk aging population dengan pendapatan per kapita sudah di atas 40 ribu dolar AS.
"Bayangkan kalau tahun 2050 Indonesia masuk aging population, di mana income kita di bawah 30 ribu dolar AS. Ada risiko kita akan menjadi tua sebelum kaya," ujar Chatib.
Baca juga: Kemampuan Bahasa Inggris jadi Modal Hadapi Program Indonesia Emas 2045
Menurut dia, menjadi tua sebelum kaya itu adalah sebuah persoalan. Sudah pendapatan dari uang pensiun terbatas, kesehatan mulai terganggu dibarengi dengan biaya kesehatan yang naik, harus membiayai anak-anak, tapi pada saat yang sama pendapatannya menurun.
Chatib mengatakan, yang terjadi adalah beban lebih besar dari pemasukan.
Ia mencontohkan lagi bahwa menjadi tua sebelum kaya itu persoalan bagi sebuah negara.
Baca juga: Stafsus Wapres Optimistis Angka Stunting 2023 Turun untuk Capai Indonesia Emas 2045
Kalau itu terjadi pada negara, penduduknya tua, mereka tidak berada di pasar tenaga kerja, artinya mereka tidak bayar pajak sebanyak ketika mereka masih aktif bekerja.
Sementara, beban kesehatan dan pendidikan meningkat, yang mengartikan bakal ada risiko budget dari pemerintah, serta membuat tidak akan sustainable.
"Itu yang harus kita hindari, menjadi tua sebelum kaya. Apa yang harus dilakukan? Kita harus percepat pertumbuhan ekonomi. Apa bisa Indonesia tumbuh lebih dari 6 persen?" ujar Chatib.