Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Gerakan Tinggalkan Dolar AS Makin Masif, Negara Mana Saja dan Apa Alasannya?

Penggunaan mata uang lokal diharapkan mengurangi kerentanan terhadap volatilitas eksternal dan memperdalam pasar keuangan.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Gerakan Tinggalkan Dolar AS Makin Masif, Negara Mana Saja dan Apa Alasannya?
Tribunnews/JEPRIMA
Sejumlah negara mulai meninggalkan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangannya, seperti China, Thailand, Arab Saudi, hingga Indonesia. Penggunaan mata uang lokal diharapkan mengurangi kerentanan terhadap volatilitas eksternal dan memperdalam pasar keuangan. 

TRIBUNNEWS.COM, - Sejumlah negara mulai meninggalkan mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangannya, seperti China, Thailand, Arab Saudi, hingga Indonesia.

Dedolarisasi adalah gerakan untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap dolar AS.

Terbaru dalam aksi dedolarisasi yaitu China dan Arab Saudi telah menyepakati perjanjian pertukaran mata uang senilai sekitar 7 miliar dolar AS.

Business Insider, kesepakatan kedua negara menandai langkah lain dalam tren dedolarisasi ketika negara-negara di seluruh dunia beralih dari greenback.

Baca juga: Dedolarisasi Berlanjut, Transaksi Bisnis Pakai Mata Uang Lokal Naik 55 Persen Sampai Oktober 2023

Kesepakatan tiga tahun itu memungkinkan jumlah maksimum transaksi sebesar 50 miliar yuan atau 26 miliar riyal.

Meskipun relatif kecil, kesepakatan ini secara simbolis bisa menjadi lebih besar karena Arab Saudi adalah eksportir minyak terbesar dunia, dan sebagian besar perdagangan minyak global dilakukan dalam dolar.

Sebelumnya, China juga gencar melakukan dedolarisasi dengan cara memborong emas secara besar-besaran. Pembelian emas batangan ini terjadi sebagai bagian dari upaya besar negara-negara pada tahun ini untuk mencoba mendiversifikasi cadangan devisa mereka dari dolar.

Berita Rekomendasi

Hal ini juga terkait dengan upaya beberapa negara untuk melakukan dedolarisasi dalam hubungan perdagangan dengan melakukan transaksi dalam mata uang lokal.

Melansir Financial Times, pembelian emas oleh bank sentral global yang terus meningkat telah mengejutkan para analis pasar, yang memperkirakan penurunan pembelian dari level tertinggi sepanjang masa tahun lalu.

Kekhawatiran tersebut semakin dipicu oleh konflik yang meletus di Timur Tengah antara Hamas dan Israel, yang telah meningkatkan aset safe haven hampir 10 persen dalam 16 hari.

Langkah Indonesia Lakukan Dedolarisasi

Bank Indonesia dan bank sentral sejumlah anggota Asean lainnya telah menjalin kerja sama untuk membuang dolar AS dan menggunakan mata uang lokal masing-masing negara dalam bertransaksi.

Kerja sama tersebut dikenal dengan istilah local currency transaction (LCT).

Untuk mendukung akselerasi penggunaan mata uang lokal, pemerintah Indonesia dan sejumlah lembaga pun telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Nasional LCT, beberapa waktu lalu.

“Bank Indonesia meyakini Satgas Nasional LCT akan menjadi wadah koordinasi yang semakin memperkuat sinergi kebijakan antar kementerian/lembaga [K/L] dalam upaya meningkatkan penggunaan mata uang lokal pada transaksi bilateral Indonesia dengan negara mitra utama,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas