Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bagaimana Prediksi Nilai Tukar Rupiah Pekan Depan? Berikut Analisa Praktisi

Rupiah diprediksi fluktuatif pada pekan depan. Sedangkan pada Senin (4/12/2023) rupiah diprediksi akan ditutup melemah.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bagaimana Prediksi Nilai Tukar Rupiah Pekan Depan? Berikut Analisa Praktisi
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rupiah diprediksi fluktuatif pada pekan depan. Sedangkan pada Senin (4/12/2023) rupiah diprediksi akan ditutup melemah.

"Untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.450- Rp. 15.520," ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dikutip Minggu (3/12/2023).

Ia menambahkan, mata uang rupiah diprediksi melemah terbatas pada awal pekan depan setelah rilis indeks Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia November naik ke 51,7 dan inflasi 2,86 persen.

Baca juga: Mendulang Rupiah dari Sampah: Bantu Perekonomian Warga, Lingkungan pun Bersih Terjaga

"S&P Global mencatat PMI Manufaktur Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023," tambah Ibrahim.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, posisi tersebut menunjukkan kenaikan lebih cepat pada kondisi sektor manufaktur, kenaikan PMI ini di respon positif oleh pasar.

"Data PMI November menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi, meski data headline terkini 51,7 masih di bawah rata-rata kuartal III/2023, yaitu 53,2. Sedangkan tingkat kepercayaan bisnis naik dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, masih di bawah rata-rata jangka panjang," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Menurut S&P Global, pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.

Kendati demikian, S&P Global mencatat tingkat pertumbuhan merupakan yang paling lambat pada periode 6 bulan saat ini dan tergolong sedang secara umum, yang dipicu oleh menurunnya permintaan asing pada bulan ini.

Pan menilai sangat penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan, meski perusahaan manufaktur tampaknya optimistis bahwa kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang.

Namun, kabar baiknya, pertumbuhan output mengalami percepatan, di mana sebagian ditopang oleh perbaikan pada jumat tenaga kerja.

Baca juga: Gaikindo Pastikan Pelemahan Rupiah Tak Akan Buat Pabrikan Kendaraan Naikkan Harga Mobil

Sementara tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tekanan inflasi secara umum menurun.

"Ketidakpastian mengenai potensi perubahan kebijakan The Fed membantu dolar pulih secara tajam dari level terendah sejak pertengahan Agustus. Data semalam juga menunjukkan bahwa indeks harga PCE yaitu alat pengukur inflasi pilihan The Fed tetap berada di atas target bank sentral sebesar 2 persen pada bulan Oktober," tambah Ibrahim.

Beberapa anggota Fed mencatat minggu ini bahwa inflasi telah turun secara signifikan tahun ini, meskipun masih berada di atas kisaran target bank sentral.

Dolar juga mengalami penurunan tajam pada bulan November, di tengah meningkatnya keyakinan bahwa The Fed telah selesai menaikkan suku bunga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas