Aset Milik Rusia yang Disita Capai 300 Miliar Dolar AS, UE Usulkan Keuntungannya Bangun Ukraina
Negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky saat ini hancur lebur setelah diinvasi oleh Rusia, sebagian wilayahnya juga kini telah dikuasai Rusia
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Uni Eropa mengusulkan untuk menggunakan penghasilan dari aset-aset milik Rusia yang disita digunakan untuk membangun kembali Ukraina.
Negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky saat ini porak poranda setelah diinvasi oleh Rusia, sebagian wilayahnya juga kini telah dikuasai oleh pemerintah Moskow.
Kiev disebut sangat sulit untuk membangun kembali negara tersebut. Karenanya, Spanyol sebagai negara yang sedang memimpin UE mengusulkan dana sitaan dari aset Rusia untuk mendanai ekonomi Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-650: Bantuan AS ke Ukraina Macet, Putin Berpotensi Menang
Namun demikian, usulan tersebut ditolak oleh sebagian duta besar UE. Russia Today menyebutkan ada pejabat yang mengungkap UE telah melakukan pertemuan pada hari Selasa (5/12/2023) membahas hal itu.
Dalam pertemuan utusan Uni Eropa tersebut terungkap bahwa keuntungan dari cadangan bank sentral Rusia yang dibekukan dapat menghasilkan hingga 18 miliar dolar AS untuk Kiev pada tahun 2027.
Namun, menurut pejabat yang berbicara dengan Politico, beberapa anggota blok tersebut menolak proposal tersebut, dengan alasan bahwa proposal tersebut tidak memenuhi prioritas UE untuk mendukung Ukraina karena mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menyediakan dana.
Menurut media tersebut, ada juga kebingungan mengenai bagaimana tepatnya Spanyol mencapai perkiraan tersebut.
Laporan ini muncul setelah Bloomberg mengklaim pekan lalu bahwa UE sedang mempertimbangkan proposal untuk mengenakan pajak atas keuntungan dari aset-aset Rusia yang dibekukan untuk membantu membangun kembali Ukraina.
Namun rencana tersebut dilaporkan mendapat penolakan dari beberapa anggota UE, yang berpendapat bahwa hal tersebut dapat membahayakan kredibilitas sistem keuangan Barat.
Diperkirakan aset bank sentral Rusia senilai 300 miliar dolar AS telah dibekukan di seluruh dunia sejak Moskow melancarkan kampanye militernya melawan Ukraina.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Disebut Bisa Capai 5,7 Persen Jika Rusia-Ukraina Damai
Dari jumlah tersebut, 100 miliar dolar AS disimpan di AS, sedangkan 200 miliar dolar AS lainnya dibekukan di UE. Sejauh ini, dana tersebut dilaporkan telah menghasilkan keuntungan hampir 4 miliar dolar AS.
Rusia telah berulang kali mengkritik pembekuan asetnya sebagai tindakan “ilegal” menurut hukum internasional, dan menggambarkannya sebagai pencurian terang-terangan.
Ketua Duma Negara Rusia, Vyacheslav Volodin, bulan lalu menegaskan bahwa langkah tersebut tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian Rusia.
Presiden Vladimir Putin juga menyatakan bahwa Rusia telah memperoleh dua kali lipat jumlah aset yang dibekukan oleh Barat.
Volodin telah menyatakan bahwa Moskow memiliki hak moral dan hukum untuk menyita aset negara-negara G7, yang dilaporkan bernilai jauh lebih besar daripada aset Rusia yang dibekukan.