Kasus Covid-19 di Singapura Membludak, Rumah Sakit Ungkap Kewalahan Tangani Pasien
Sejumlah rumah sakit besar yang ada di Singapura mengalami lonjakan pasien rawat inap, usai penyebaran kasus COVID-19 di Singapura
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Sejumlah rumah sakit besar yang ada di Singapura mengalami lonjakan pasien rawat inap, usai penyebaran kasus COVID-19 di Singapura membludak tembus 32.035 kasus dari sebelumnya hanya 22.094 kasus.
“Sejak tanggal 26 November hingga 2 Desember perkiraan jumlah kasus COVID-19 telah naik menjadi 32.035, dibandingkan dengan pekan sebelumnya 22.094 kasus. Adanya peningkatan ini telah membuat jumlah kasus rawat inap dan unit perawatan intensif (ICU) melonjak,” jelas Menurut Kementerian Kesehatan Singapura (MOH).
Dalam keterangan tertulisnya, MOH menjelaskan lonjakan kasus infeksi Covid di Singapura berasal dari virus corona varian EG.5 dengan sub-lineage HK.3.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak di Sejumlah Negara karena Dominasi Subvarian EG.5, Indonesia Waspada
Meski tidak menyebabkan resiko penyakit yang berbahaya namun Varian EG.5 memiliki kemampuan untuk penyebaran yang cepat, tak hanya itu Varian EG.5 juga diklaim mampu mempertahankan diri dari kekebalan imunitas manusia.
Alasan tersebut yang membuat kasus positif COVID di Singapura bisa melonjak tajam hingga sejumlah rumah sakit besar mengalami peningkatan jumlah pasien COVID-19. Bahkan dampak dari lonjakan ini, para pasien mengaku kesulitan mendapatkan bangsal perawatan.
Dari cuplikan video yang diunggah media lokal The Straits Times di akun Facebooknya, tampak sejumlah pasien Covid-19 tengah ditempatkan diatas tempat tidur troli sambil menunggu untuk mendapatkan tempat tidur di bangsal.
Divisi Kedokteran di SGH Geoffrey Samuel juga membenarkan bahwa rumah sakit tempatnya bekerja saat ini mengalami lonjakan pasien COVID, hingga petugas ICU terpaksa menempatkan para pasien di bangsal sementara di Outram Community Hospital.
"Saya diberitahu bahwa tidak ada tempat tidur yang tersedia di bangsal karena sudah terisi penuh. Saya kemudian ditempatkan di aula besar unisex dekat Outram Community Hospital,” ujar pasien COVID berusia akhir 70-an, yang tidak mau disebutkan namanya
"Rasanya seperti berada di stasiun Grand Central (di New York City), dengan lalu lintas pasien yang terus-menerus didorong dari ruang gawat darurat dan pasien menuju bangsal mereka," tambahnya.
Sementera itu merespon adanya lonjakan paisen positif COVID-19 di Singapura, Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mulai mengoptimalkan sumber daya serta kapasitas sejumlah fasilita termasuk fasilitas perawatan intensif dan isolasi.
Baca juga: Antisipasi Covid-19 Jelang Natal dan Tahun Baru, Kemenkes Imbau Masyarakat Lengkapi Vaksinasi
Ia juga menghimbau pasien COVID yang bergejala ringan untuk melakukan isolasi secara mandiri agar rumah sakit bisa memberikan pelayanan ekstra bagi orang-orang dengan keadaan darurat yang serius atau mengancam jiwa seperti nyeri dada, sesak napas, dan pendarahan.
"Kami menghimbau masyarakat untuk mengunjungi dokter umum atau klinik 24 jam untuk keadaan non-darurat. Kami turut meminta pemahaman masyarakat bahwa waktu tunggu yang lebih lama mungkin akan terjadi di unit gawat darurat kami dan prioritas akan diberikan kepada pasien dengan kondisi yang lebih serius dan yang memerlukan rawat inap," Kung
Warga Singapura Dilanda Panic Buying Alat Tes Rapid.
Imbas lonjakan kasus COCID-19 di Singapura masyarakat mulai dilanda panic buying hingga membuat stok alat tes rapid mengalami kelangkaan.
Menurut catatan yang dilansir dari media lokal Singapura The Straits Times enam farmasi, supermarket, dan minimarket di kota Bishan dan Toa Payoh dilaporkan kehabisan stok antigen rapid test (ART) per tanggal 6 Desember.
Krisis stok alat rapid juga turut dialami oleh gerai alat kesehatan dan kecantikan Guardian, staff toko di Guardian di Junction 8 mengatakan toko mereka telah kehabisan peralatan ART usai adanya lonjakan permintaan dari konsumen selama seminggu terakhir.