Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Bunga Kredit, Pemilu dan Harga Komoditas Ekspor Perlambat Pertumbuhan Ekonomi RI

Bila pada tahun ini pertumbuhan ekonomi RI masih bisa di atas 5 persen, Bank Indonesia memprediksi tahun depan dan dua tahun berikutnya

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bunga Kredit, Pemilu dan Harga Komoditas Ekspor Perlambat Pertumbuhan Ekonomi RI
TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Ilustrasi Jalan Tol Tans Jawa. Bunga kredit yang tinggi, perhelatan pemilihan umum (pemilu) dan prediksi penurunan harga komoditas ekspor pada 2024 diprediksi akan memperlambat perekonomian Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bunga kredit yang tinggi, perhelatan pemilihan umum (pemilu) dan prediksi penurunan harga komoditas ekspor pada 2024 diprediksi akan memperlambat perekonomian Indonesia.

Bila pada tahun ini pertumbuhan ekonomi RI masih bisa di atas 5 persen, Bank Indonesia memprediksi tahun depan dan dua tahun berikutnya tidak akan lebih dari 5 persen.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tak mencapai 5 persen per tahun pada periode 2024-2026. Demikian prediksi Bank Dunia dalam laporannya bertajuk "Indonesia Economic Prospects December 2023".

Baca juga: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 2024 Sebesar 5,4 Persen

Dalam laporan itu disebutkan, Indonesia diproyeksi mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif ke depan. Akan tetapi, ancaman dari risiko perlambatan semakin nyata.

"Perekonomian (Indonesia) diproyeksi tumbuh dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,9 persen pada 2024-2026," tulis laporan tersebut, dikutip pada Rabu (13/12/2023).

Proyeksi itu menunjukkan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, produk domestik bruto (PDB) RI tumbuh 5,3 persen pada 2022 dan pada tahun ini diproyeksi tumbuh di kisaran 5 persen.

Salah satu pemicu utama potensi perlambatan ekonomi nasional ialah normalisasi harga komoditas ekspor unggulan Tanah Air.

Berita Rekomendasi

Merosotnya harga komoditas unggulan berpotensi memicu pelebaran defisit neraca berjalan RI.

"Defisit neraca transaksi berjalan akan melebar secara bertahap hingga 1,4 persen terhadap PDB pada 2026, seiring dengan menurunnya harga komoditas dan perlambatan global yang menghambat ekspor," tulis Bank Dunia.

Selain itu, perekonomian nasional juga masih dihadapi oleh fenomena bunga kredit yang tinggi.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tunjukkan Prospek Baik, Inflasi Bakal Tetap Terkendali

Hal ini tentunya akan berdampak terhadap roda perekonomian nasional, sejalan dengan meningkatnya biaya operasional pelaku usaha.

Lalu, Bank Dunia juga menyoroti potensi perlambatan ekonomi yang disebabkan momen Pemilu 2024.

Bank Dunia menilai, pergelaran pesta politik dapat menghambat momentum reformasi birokrasi yang telah dilakukan pemerintah selama beberapa tahun terakhir.

"Ketidakpastian global dan dampak terkait perubahan global berpotensi memicu disrupsi rantai pasok global sehingga berpotensi menekan pendapatan negara dan membuat ruang fiskal yang lebih ketat," tulis Bank Dunia.

Ramalan BI di tahun 2028

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meramalkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyentuh di 5,3 persen sampai 6,1 persen pada 2028.

Meski begitu, Perry mengatakan bahwa inflasi tetap akan terjaga di 2,5 +/- 1 persen dan neraca pembayaran akan tetap sehat.

"Untuk itu kami mohon arahan Presiden Joko Widodo," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Gedung BI, Rabu (29/11/2023).

Menurut Perry, kegiatan ekonomi memerlukan tranformasi di sektor riil meliputi infrastruktur konektivitas fisik, digital, hilirisasi minerba bahkan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Dia juga bilang, kemajuan transformasi ekonomi sejak tahun 2013 menjadi landasan kuat untuk kebangkitan ekonomi kedepan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan modal penyerapan tenaga kerja dan kenaikan produktivitas.

Adapun Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 akan mencapai 4,8 persen sampai 5,6 persen di 2025.

"Salah satu yang tinggi di dunia," kata dia.

Perry bilang, pertumbuhan itu didorong oleh konsumsi dan investasi serta di dukung kenaikan gaji ASN, Pemilihan Umum (Pemilu) dan infrastruktur di IKN

Sementara terkait inflasi, Perry menegaskan bahwa inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5+/-1 persen pada 2024 dan 2025.

"Konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan terus kuatnya gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP), nilai tukar rupiah tahun 2024 akan lebih stabil dengan komitmen tinggi BI juga fundamental yang baik," jelasnya.

Sedangkan pertumbuhan kredit akan meningkat ke 10 sampai 12 persen pada 2024 dan kemudian meningkat kembali ke 11 sampai 13 persen pada 2025. (Tribunnews.com/Kompas.com)

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas