Harga Minyak Mentah Melonjak Imbas Penurunan Ekspor Rusia dan Ketegangan di Laut Merah
Minyak mentah berjangka Brent naik 32 sen, atau 0,4 persen menjadi 76,87 dolar AS per barel.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Harga minyak mentah dunia naik di awal perdagangan pada Senin (18/12/2023), didorong oleh penurunan ekspor dari Rusia dan meningkatnya serangan dari kelompok bersenjata Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Hargaminyak mentah berjangka Brent naik 32 sen, atau 0,4 persen, menjadi 76,87 dolar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di angka 71,77 dolar AS per barel, naik 34 sen, atau 0,5 persen.
“Cuaca buruk di Rusia berperan dalam penguatan pagi ini seperti halnya serangan Houthi terhadap kapal-kapal di dekat Yaman,” ujar Tony Sycamore, analis IG Group.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Harga Sudah Pertamax Turun, Kenapa Harga Pertalite Tetap?
Belum lama ini Rusia mengatakan pihaknya akan memperdalam pengurangan ekspor minyak pada Desember sebesar 50.000 barel per hari atau lebih, lebih awal dari yang dijanjikan, ketika eksportir terbesar dunia mencoba untuk mendukung harga minyak global.
Hal ini terjadi setelah Moskow menangguhkan sekitar dua pertiga pemuatan minyak mentah kelas ekspor utama Ural dari pelabuhan karena badai.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan pelayaran, termasuk perusahaan pelayaran kontainer terbesar di dunia MSC dan A.P. Moller-Maersk mengatakan mereka akan menghindari Terusan Suez ketika militan Houthi di Yaman meningkatkan serangan mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Bab al-Mandab adalah salah satu rute terpenting di dunia untuk pengiriman komoditas global melalui laut, khususnya minyak mentah dan bahan bakar dari Teluk yang menuju ke barat menuju Mediterania melalui Terusan Suez atau pipa SUMED di dekatnya, serta komoditas yang menuju ke timur menuju Asia.
“Saya pikir yang sama pentingnya adalah pertemuan Fed yang dovish minggu lalu yang menghilangkan risiko hard landing bagi perekonomian AS dan permintaan minyak mentah di masa depan,” kata Sycamore.
“Belum lagi gambaran teknikal minyak mentah mendukung pemulihan ke angka 76 dolar AS hingga 78 dolar AS,” pungkasnya.