Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Cerita Kepala Bapanas Saat Mencari Beras Impor Tambahan ke India

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menceritakan pengalaman dirinya di India.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Cerita Kepala Bapanas Saat Mencari Beras Impor Tambahan ke India
Tribunnews/Rina Ayu Panca Rini
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menceritakan pengalaman dirinya di India.

Di negara Asia Selatan itu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mempelajari kondisi riil mengenai beberapa komoditas pangan seperti beras dan daging kerbau.

Dalam hal perberasan, ia ingin mendalami kembali tawaran India sebelum adanya kebijakan pembatasan ekspor dari Pemerintah India.

Baca juga: KPK Sinyalir Juliari Batubara Beri Pengawalan Khusus Pendistribusian Bansos Beras

“Kemudian yang menjadi concern kita dalam kunjungan ke India kali ini adalah kita ingin mengetahui kondisi riil tentang apa yang sebenarnya terjadi mengenai beras India," kata Arief dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (21/12/2023).

Ia mengatakan, beberapa waktu lalu, dia bersama Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pernah menerima perwakilan India untuk berbicara soal beras.

Saat itu, dia bilang pihak India menawarkan beras sebagai penyeimbang trade balance kedua negara.

Berita Rekomendasi

"Namun setelah itu, Pemerintah India mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor beras, sehingga ini yang perlu kita dalami,” ungkapnya.

Sementara itu mengenai daging kerbau, ia mengatakan pihaknya sedang mempelajari bagaimana supply chain dan beberapa hal yang bisa dibawa ke Indonesia.

Misalnya seperti apa teknologi yang mereka miliki, lalu bagaimana ke depan pemerintah harus melakukan breeding yang bisa dimulai dari fattening.

"Ini yang bisa kita lakukan di Indonesia. Kalau kita terus-menerus seperti ini, maka nanti kita akan kehilangan beberapa produk seperti yang sudah terjadi pada kedelai karena kita tidak bisa produksi dalam negeri,” ujar Arief.

Diberitakan sebelumnya, Arief mengunjungi India guna melakukan penjajakan kerja sama.

Baca juga: Harga Beras Naik, Termahal Dibanderol Rp 16.050, Simak Update Bahan Pangan Lainnya per 16 Desember


Ia mengatakan, penjajakan kerja sama ini dalam rangka memastikan ketersediaan pangan yang ada di Indonesia berasal dari sumber yang terbaik dan harga yang kompetitif.

Adapun saat ini pemerintah RI tengah berupaya agar proses impor beras dari India tetap berjalan, di tengah pembatasan perdagangan yang dilakukan oleh negara Asia Selatan tersebut.

"Kami ke India hari ini ingin melakukan penjajakan kembali. Kita ketahui bersama Pemerintah India masih menerapkan pembatasan perdagangan. Penguatan stok yang bersumber dari beras India akan terus kita proses," kata Arief, Selasa (19/12/2023).

Di samping itu, Arief mengatakan pihaknya juga mendorong pemenuhan ketersediaan daging kerbau sebanyak 150 ribu ton untuk kepentingan dalam negeri.

Dalam kunjungan ini, Arief bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk India, Ina Haginingtyas Khrisnamurthi.

Ina menyampaikan bahwa diperlukan adanya peningkatan investasi di Indonesia untuk mendorong pembangunan yang lebih baik.

Sebagai informasi, bukan hanya Arief yang menyambangi India untuk melakukan penjajakan kerja sama impor beras.

Direktur Utama Perum Bulog yang baru, Bayu Krisnamurthi, juga mengunjungi India untuk mencari peluang impor beras dari negara Asia Selatan tersebut.

Hal itu diungkapkan Manager Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya di Kantor Pusat perusahaan pelat merah urusan logistik tersebut, Jumat (15/12/2023).

Tomi menjelaskan, Bulog saat ini tengah mendapatkan tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton.

Adapun dari total angka penugasan, Bulog sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton. Yakni berasal dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar dan Kamboja.

Sisanya yang sebesar 500 ribu ton akan diupayakan dari India.

"Sebenarnya India potensinya besar, cuma kan kemaren mereka menutup keran ekspornya. Makanya tidak impor dari India," ungkap Tomi.

Ia melanjutkan, Bulog tetap memiliki opsi lain jika India tidak mampu memenuhi kontrak impor 500 ribu ton. Adapun negara lain yang jadi opsi yakni Thailand dan Vietnam.

"Kalau India bisa (menyanggupi) sisa dari kontrak impor 500 ribu ton ini ya kenapa tidak? Walaupun Thailand dan Vietnam juga berpotensi," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas